REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Radikalisme dan terorisme menjadi salah satu fokus Muktamar III Wahdah Islamiyah. Wasathiyah, merupakan jawaban yang akan didengungkan kepada seluruh umat Islam di Indonesia.
Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla mengatakan radikalisme dan terorisme itu bisa timbul akibat kemarahan terhadap kondisi yang ada. Karenanya, ia menegaskan Islam Wasathiyah merupakan pemahaman yang tepat, untuk menangkal radikalisme dan terorisme.
"Radikalisme dan terorisme itu hanya dapat diselesaikan dengan wasathiyah, pemikiran yang baik," katanya di depan 2.500 perserta Muktamar III Wahdah Islamiyah, Selasa (19/7).
Ia menjelaskan kemarahan memang bukanlah jawaban yang diajarkan Islam, terlebih jika kemarahan itu diekspresikan dengan pembunuhan kepada anak manusia. Sebab, menurut JK, menebang pohon saja dalam Islam sudah dilarang, apalagi mematikan hidup seorang anak manusia.
Untuk itu, JK berharap seluruh Muktamar III jadi momentum agar umat Islam dapat lebih menjaga dan mendorong persatuan dan kesatuan di Indonesia. Ia juga berharap, umat Islam di Indonesia dapat benar-benar mengandalkan wasathiyah sebagai jalan tengah, sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW.
Sementara, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menekankan, seluruh komunitas Islam harus bisa menjadi mediasi dari kemungkinan adanya radikal kanan maupun kiri. Sedangkan Wahdah Islamiyah, merupakan organisasi yang mengambil jalan Islam wasathiyah dan menjadi garis tengah.
Oleh sebab itu, ia merasa moderasi akan menjadi pintu masuk kemungkinan untuk membangun komunikasi internal ataupun eksternal. Menurut Khofifah, komunikasi itu yang akan menjadi penengah apabila ada letupan-letupan yang terjadi, dan dinamika itu akan disatukan dengan membangun keserasian baru.
"Kita akan bangun equilibrium dynamic, keserasian, jadi setiap timbul ekstim kiri dan ekstrim kanan akan diarahkan ke tengah," ujarnya.
Senada, Ketua Umum Wahdah Islamiyah Ustaz Muhammad Zaitun Rasmin, mengaku sangat berharap Muktamar III dapat memberi arti pengembangan misi dakwah ke seluruh penjuru. Ia menganggap Muktamar III menjadi momentum strategis, menyusun visi dan misi Wahdah Islamiyah untuk 15 tahun ke depan.
Radikalisme dan terorisme, lanjut Zaitun, memang sangat meresahkan bukan cuma dunia, tapi umat Islam yang selama ini jadi kambing hitam. Namun, berbagai aksi radikal dan teror yang terjadi di berbagai belahan dunia, telah menerangkan kalau radikalisme dan terorisme itu sangat jauh dari Islam.
Zaitun menilai, umat Islam di Indonesia juga sudah sangat rindu pemahaman wasathiyah, yang merupakan salah satu intisari dari ajaran Islam. Maka itu, ia menegaskan wasathiyah merupakan jawaban nyata untuk menangkal radikalisme dan terorisme, yang diakibatkan oleh sikap fanatisme terhadap ajaran agama.
"Sebab ada ekstrim kiri dan kanan, jadi diharapkan makna wasathiyah dapat mencegah pemahaman dan sikap fanatisme dalam ajaran agama," ujar Zaitun.