REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin palsu dinilai sulit dibedakan dengan yang asli. Bukan hanya sulit, tetapi nyaris tidak bisa dibedakan.
"Sama seperti sangat sulit dan nyaris tidak bisa mengenali obat palsu," ujar pengamat kesehatan dari Universitas Indonesia ( UI) Agustin Kusmayati kepada Republika.co.id.
Dia menyebut pada umumnya bila praktik di rumah sakit, maka pengadaan obat dan alat kesehatan diatur oleh rumah sakit, bukan oleh dokter yang menggunakan. Jika dokter praktik perorangan, barulah si dokter sendiri yang mengadakan alat dan obat yangg digunakannya.
Sebetulnya munculnya vaksin palsu, kata Agustin, merupakan akibat dari lemahnya sistem pengawasan di Indonesia. "Kita belum mengembangkan sistem yang handal untuk bisa mengawasi dan menjamin mutu obat dan makanan yang beredar di Indonesia," kata dia.
Agustin mengatakan urusan keamanan obat dan makanan merupakan tanggung jawab banyak sektor. Mulai dari sektor-sektor yang berkaitan dengan proses produksin, distribusi, hingga penggunaannya. "Kasus digunakannya vaksin palsu oleh dokter bisa terjadi karena kelemahan di seluruh sektor dan lini," kata dia.
Baca juga, Bareskrim Bongkar Peredaran Vaksin Palsu untuk Bayi.