REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman membeberkan alasan kenapa pemerintah tetap akan melakukan impor jeroan sapi dari India.
Penegasan ini disampaikan Amran saat membuka Rakor Pertanian yang membahas Luas Tambah Tanah dan Produktivitas Padi di Aula Barat Gedung Sate, Bandung, Rabu (20/7).
Menurut Amran, sikap pemerintah ini sudah pasti mengundang suara setuju dan tidak setuju. Bahkan, suara yang memprotes sudah terdengar saat pihaknya melakukan impor daging beku menjelang Lebaran lalu. "Wajar protes," katanya.
Menurut Amran, meski banyak menuai protes, selama Ramadhan kemarin pihaknya bisa menjual hingga 9.000 ton daging sapi beku. "Daging beku itu dari Presiden sampai ibu-ibu rumah tangga juga mengkonsumsi. Kalau yang sering makan di hotel, itu daging beku," katanya.
Karena itu, kata dia, pihaknya tetap akan melakukan impor jeroan sapi karena dibutuhkan rakyat. Meski diprotes karena diduga mengandung penyakit, namun jeroan diperlukan.
"Nggak jelas memang yang senang dan tidak senang. Kami lakukan (impor) karena rakyat yang minta," kata Amran seraya mengatakan ia dibilang tidak konsisten karena keputusannya ini.
Padahal, lanjut Mentan, ia konsisten pada ideologi bukan kalimat. "Undang-Undang saja bisa diamandemen kalau rakyat minta," ujarnya.
Dikatakan Amran, impor jeroan itu, masalah kecil karena, pihaknya fokus pada menekan harga dengan secondary cut. "Sekarang, kita buka kalau ada yang butuh jeroan juga," katanya.
Sebagai konsumen terbesar, ia mengeluhkan harga jeroan di Indonesia masih kalah murah dengan Malaysia. Ia menuturkan, harga jeroan di dalam negeri saat ini berkisar antara Rp 70 ribu sampai Rp 90 ribu per kg. Padahal, di luar negeri harganya hanya satu dolar AS jadi kenaikannya sekitar 400-500 persen.
"Mau nggak membiarkan rakyat beli jeroan dengan harga semahal itu?," Katanya.