REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nur Faridah
Rasulullah SAW bersabda, “Seorang mukmin bukanlah pengumpat dan yang suka mengutuk, yang keji dan yang ucapannya kotor.” (HR Al-Bukhari). Setiap mukmin dituntut untuk selalu menjaga dan mengontrol segala perilaku, tingkah laku, tindak-tanduk, sikap dan ucapan dari hal-hal yang tidak baik.
Termasuk menjaga ucapan dari hal yang tidak baik adalah tidak menyakiti, menipu, mencela, menghina, mencela, mengumpat, memfitnah, memecah-belah, berkata-kata keji, mengutuk dan mengucapkan kata-kata kotor kepada orang lain, seperti diisyaratkan pada hadis di atas.
Di era internet dengan berbagai media sosial yang ada di dalamnya, seperti Facebook, Twitter, Instagram atau yang lainnya, banyak sekali kita dapati ucapan-ucapan yang tidak baik bertebaran. Ucapan-ucapan yang sama sekali jauh dari akhlak dan sikap seorang mukmin sejati.
Media-media sosial yang mestinya dimanfaatkan untuk menebarkan kebaikan, seperti saling menasihati dalam kebaikan, malah menjadi ajang menebarkan keburukan melalui ucapan-ucapan tidak baik. Bahkan, ironisnya, acapkali apa yang terjadi di dunia maya berlanjut ke dunia nyata.
Ada orang yang saling mencela di media sosial, kemudian berlanjut menjadi perkelahian di dunia nyata. Atau, gara-gara menyebarkan informasi yang tidak benar, terjadi perpecahan atau perdebatan yang tidak ada manfaatnya dan tidak produktif bagi kemajuan umat.
Umat kemudian malah asyik dalam perdebatan yang kadang tidak argumentatif, lebih mengedepankan emosi, hingga melupakan hal-hal penting yang seharusnya lebih baik dilakukan.
Rasulullah SAW pada hadis di atas sudah mengingatkan orang mukmin untuk menjaga ucapan, di mana pun mereka berada, atau dalam situasi apa pun.
Dengan kata lain, orang mukmin harus menjaga etika dalam ucapan. Karena, apa yang diucapkan sesungguhnya merupakan cerminan dari isi hati. Hati yang bersih akan selalu melahirkan ucapan yang bersih juga. Sebaliknya, hati yang keruh dan kotor akan melahirkan ucapan yang keruh dan kotor pula.
Dalam hadis dikatakan orang Muslim atau mukmin paling utama adalah yang tidak mengganggu saudaranya, terutama sesama Muslim, lewat lisan dan perilakunya.
Abu Musa Al-Asy’ari pernah bertanya kepada Rasulullah tentang orang Muslim yang paling utama, “Ya Rasulullah, kaum Muslimin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Yaitu mereka yang tidak mengganggu orang Muslim lainnya, baik melalui lisan maupun tangannya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Ucapan yang baik akan menghasilkan hal-hal yang baik, sebaliknya ucapan yang buruk akan menghasilkan hal-hal yang buruk pula, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.
Dalam hadis dikatakan, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya seseorang itu berkata dengan suatu perkataan yang diridai oleh Allah, ia tidak mengira bahwa perkataan itu akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Allah mencatat untuknya bahwa ia akan memperoleh keridaan-Nya sampai pada hari ia menemui-Nya. Dan sesungguhnya seorang itu berkata dengan suatu perkataan yang menjadikan kemurkaan Allah, ia tidak mengira bahwa perkataan itu akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Allah mencatatkan untuknya bahwa ia akan memperoleh kemurkaan-Nya sampai pada hari ia menemui-Nya.” (HR Malik dan At-Tirmidzi).
Mukmin sejati akan selalu menjaga ucapan dari kata-kata buruk dan kotor. Begitulah karakter sejatinya yang akan mengantarkannya menjadi manusia utama di sisi Allah dan kelak akan mendapatkan keridaan-Nya di akhirat karena ucapan-ucapan baiknya. Wallahu a’lam.