REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Kuncoro Adi Purjanto mengatakan, sebenarnya tak hanya Indonesia yang menjadi korban peredaran vaksin palsu.
"Di negara-negara lain juga pernah kejadian peredaran vaksin palsu. Pemalsuan vaksin tak hanya di Indonesia, di Cina, Filipina, bahkan Amerika pernah ada pemalsuan vaksin," kata dia, Kamis, (21/7).
Namun bukan berarti peredaran vaksin palsu diremehkan. Dia menjelaskan, saat ini hal yang paling penting adalah bagaimana rumah sakit harus berkomitmen memenuhi norma-norma pengadaan obat dan vaksin yang telah dibuat.
Sebenarnya, terang Kuncoro, pengadaan vaksin impor seharusnya melibatkan ahli farmasi. Namun perlu digarisbawahi bahwa terjadinya peredaran vaksin palsu, bukan rumah sakitnya yang nakal tapi segelintir oknum di dalamnya."Jangan sampai rumah sakitnya yang ditutup. Namun sebaiknya oknum nakalnya saja yang ditangkap dan diadili," ujarnya.
Anggota Komisi IX DPR RI dari FPKS Ahmad Zainuddin mengatakan, maraknya peredaran vaksin palsu di sejumlah rumah sakit menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Kementerian Kesehatan harus bergerak cepat membenahi sistem di rumah sakit untuk memulihkan kembali kepercayaan publik.
"Menteri Kesehatan harus membenahi ini secara total. Namun masyarakat harus tetap tenang dan percaya kepada pemerintah serta aparat penegak hukum untuk mengatasi persoalan vaksin palsu ini," kata Zainuddin.