REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyampaikan permintaan maaf atas munculnya vaksin palsu yang telah meresahkan seluruh masyarakat Indonesia.
Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ilham Oetama Marsis mengatakan munculnya vaksin palsu merupakan sebuah musibah. Ia melanjutkan baik dari segi etika maupun disiplin ilmu kedokteran munculnya kasus tersebut membuat pihaknya harus introspeksi.
"Kami (IDI) tidak menampik dari segi etika disiplin tapi saya katakan akan membuat musibah ini sebagai intropeksi. Walaupun saya tidak lalukan ini, kami mohon maaf atas terjadi musibah ini," ujarnya di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (20/7).
Ilham mengakui kejadian tersebut tidak bisa hanya diselesaikan dengan permintaan maaf. Apalagi kata dia sudah ada rumah sakit yang diduga terlibat menerima pasokan vaksin palsu. "Kita akan melakukan suatu penyelesaian masalah terutama pelanggaran etika, pidana dan disiplin kepada dokter yang nantinya menjadi tersangka," jelasnya.
Meski demikian harapnya, masalah tersebut jangan digeneralisir seolah ini kesalahan dokter. "Kami tentu mohon maaf pada masyarakat dan sepakat memperbaiki diri untuk mencegah masalah yang berdampak pada masyarakat," ujarnya.
Diketahui, dalam kasus vaksin palsu Bareskrim Polri telah mengungkapkan terdapat 14 rumah sakit yang menggunakan vaksin tersebut. Selain itu ada juga tiga orang dokter yakni inisial H, AR, dan I sedangkan dua bidan yakni bidan M dan N.