REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme dari Barometer Institute Robi Sugara menilai Santoso teroris yang tidak memiliki kapabilitas. Menurutnya dibandingkan para teroris Bom Bali atau JW.Mariot yang pernah berlatih kemiliteran di Afganistan, Santoso jauh lebih lemah.
"Jika dilihat dari videonya masih seperti orang awam," katanya, Kamis (21/7).
Robi mengatakan Santoso menarik perhatian karena pimpinan kelompok radikal sedang vakum. Pasctewasnya Dul Matin pada tahun 2009 dan Nurdin M Top pada tahun 2010 tidak ada teroris yang melakukan ancaman secara terang-terangan.
Ancaman terang-terangan Santoso ini yang menarik anak muda. Di saat masih ada beberapa orang yang melihat penyelesaian konflik Poso dan Ambon dilakukan dengan tidak adil.
Robi mengatakan jika dibandingkan teroris terdahulu seperti Dokter Azhari bom yang dilakukan Santoso lebih sering gagal. Robi menuturkan Santoso pernah mengambil seorang dari Lamongan untuk melakukan percobaan bom bunuh diri. Tapi hasilnya sama seperti bom di Mapolres Solo (5/7) lalu hanya membunuh pelakunya sendiri.
"Ia juga pernah membunuh seorang petani dengan memenggal kepalanya seperti yang dilakukan ISIS itu dimasukan ke Youtube tapi ternyata tidak berhasil, tidak banyak dibicarakan orang," ujarnya.
Ia menjelaskan ada tiga unsur dalam menjalankan aksi terorisme, yakni niat, peluang dan kapabilitas. Setiap teroris memiliki niat yang kuat untuk melakukan aksi terorisme. Peluang pun dapat dilakukan di tempat-tempat ramai seperti mal. Menurut Robi yang tidak dimiliki oleh Santoso adalah kapabilitas untuk melakukan aksi teror.
"Dari pendidikan pun Santoso hanya tamatanSMP jadi dia memang bukan ahli strategi," ucapnya.