REPUBLIKA.CO.ID, ANGKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan setelah upaya kudeta gagal pada 15 Juli.
"Dalam pertemuan dewan keamanan nasional, kami memutuskan untuk mengusulkan agar pemerintah mengumumkan keadaan darurat sesuai dengan Pasal 120 Undang-Undang Dasar. Kabinet telah memutuskan untuk mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan," kata Erdogan dalam satu taklimat setelah pertemuan kabinet yang dipimpinnya pada Rabu (20/7).
Menurut dia, menetapkan keadaan darurat tidak bertentangan dengan demokrasi, hukum, dan kebebasan. Sebaliknya, ini untuk membela, memperluas, dan meningkatkan semua nilai itu. "Mengumumkan keadaan darurat bertujuan melakukan tindakan untuk menghilangkan resiko yang ditimbulkan terhadap kebebasan dan hak rakyat, demokrasi, ketentuan hukum di negara kita, dengan cara yang paling efisien dan cepat," kata Erdogan.
Laporan Xinhua, Kamis (21/7), Erdogan menyeru rakyat agar tidak khawatir. Ia mengatakan, pemerintah telah melakukan tindakan yang perlu, termasuk langkah ekonomi. Keadaan darurat akan berlaku setelah disetujui di Parlemen.
Upaya kudeta yang meletus pada Jumat lalu gagal. Sedikitnya 290 orang, termasuk lebih dari 100 perencana kudeta tewas. Pada Rabu, kemarin, Erdogan juga mengatakan negara lain mungkin terlibat dalam upaya kudeta 15 Juli.
"Mungkin ada negara lain yang terlibat dalam upaya kudeta tersebut. Proses hukum akan mengungkapkannya," kata Erdogan dalam satu wawancara dengan Stasiun Televisi Al Jazeera di Ankara.
Fethullah Gulen, seorang tokoh agama yang bermukim di AS dan pengikutnya disebut berada di balik upaya kudeta itu.
Erdogan mengaku diberitahu mengenai upaya kudeta itu pertama oleh saudara iparnya dan reaksi pertamanya ialah tidak percaya. Ia kemudian mengakui ada kelemahan intelijen dalam peristiwa tersebut. "Kalau saja ada laporan intelijen yang tepat, semua itu bisa mencegah upaya kudeta tersebut," kata Erdogan.
Pemerintah Turki, kata dia, telah mengirim permintaan kepada Pemerintah AS bagi ekstradisi Fethullah Gulen. "Saya harap mereka akan melakukan tindakan sesegera mungkin," katanya. Ia juga mengatakan, mungkin ada hubungan antara gerakan Gulen dan pilot yang menembak jatuh jet Rusia pada November lalu.