Kamis 21 Jul 2016 23:07 WIB

Erdogan Umumkan Kondisi Darurat Selama Tiga Bulan

Red: Ilham
Recep Tayyip Erdogan (Ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Recep Tayyip Erdogan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ANGKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan setelah upaya kudeta gagal pada 15 Juli.

"Dalam pertemuan dewan keamanan nasional, kami memutuskan untuk mengusulkan agar pemerintah mengumumkan keadaan darurat sesuai dengan Pasal 120 Undang-Undang Dasar. Kabinet telah memutuskan untuk mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan," kata Erdogan dalam satu taklimat setelah pertemuan kabinet yang dipimpinnya pada Rabu (20/7).

Menurut dia, menetapkan keadaan darurat tidak bertentangan dengan demokrasi, hukum, dan kebebasan. Sebaliknya, ini untuk membela, memperluas, dan meningkatkan semua nilai itu. "Mengumumkan keadaan darurat bertujuan melakukan tindakan untuk menghilangkan resiko yang ditimbulkan terhadap kebebasan dan hak rakyat, demokrasi, ketentuan hukum di negara kita, dengan cara yang paling efisien dan cepat," kata Erdogan.

Laporan Xinhua, Kamis (21/7), Erdogan menyeru rakyat agar tidak khawatir. Ia mengatakan, pemerintah telah melakukan tindakan yang perlu, termasuk langkah ekonomi. Keadaan darurat akan berlaku setelah disetujui di Parlemen.

Upaya kudeta yang meletus pada Jumat lalu gagal. Sedikitnya 290 orang, termasuk lebih dari 100 perencana kudeta tewas. Pada Rabu, kemarin, Erdogan juga mengatakan negara lain mungkin terlibat dalam upaya kudeta 15 Juli.

"Mungkin ada negara lain yang terlibat dalam upaya kudeta tersebut. Proses hukum akan mengungkapkannya," kata Erdogan dalam satu wawancara dengan Stasiun Televisi Al Jazeera di Ankara.

Fethullah Gulen, seorang tokoh agama yang bermukim di AS dan pengikutnya disebut berada di balik upaya kudeta itu.

Erdogan mengaku diberitahu mengenai upaya kudeta itu pertama oleh saudara iparnya dan reaksi pertamanya ialah tidak percaya. Ia kemudian mengakui ada kelemahan intelijen dalam peristiwa tersebut. "Kalau saja ada laporan intelijen yang tepat, semua itu bisa mencegah upaya kudeta tersebut," kata Erdogan.

Pemerintah Turki, kata dia, telah mengirim permintaan kepada Pemerintah AS bagi ekstradisi Fethullah Gulen. "Saya harap mereka akan melakukan tindakan sesegera mungkin," katanya. Ia juga mengatakan, mungkin ada hubungan antara gerakan Gulen dan pilot yang menembak jatuh jet Rusia pada November lalu.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement