REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Menteri Ketenaga Kerjaan, Hanif Dakhiri mengatakan, ada banyak tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Khusus dalam ketenaga kerjaan, masalah yang menonjol adalah kemampuan warga Indonesia dalam menembus pasar Asean, penyedia bahan baku, dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai.
"Kompetisi di MEA sudah terjadi sekarang, tantangan kita ada di bahan baku, SDM yang handal," kata Hanif dalam acara penutupan Konsolidasi Dewan Pengupahan se-Indonesia Tahun 2016 di Sanur Paradise Plaza Hotel, Bali, Kamis (21/7).
Hanif megungkapkan, dari angkatan tenaga kerja di Indonesia saat ini, 62 persennya masih lulusan Sekolah Dasar dan Menengah Pertama. Faktor pendidikan akan menyulitkan tenaga kerja tersebut untuk bersaing dalam kancah MEA.
"Kami minta semua pihak untuk memberikan perhatian pada 62 persen ini," katanya. Jika yang 62 persen ini tak memenuhi tuntutan dan kompetensi, maka mereka akan kesulitan beradaptasi dengan lapangan kerja yang tersedia.
Karena itu, bangsa Indonesia memerlukan bukan hanya sekadar peningkatan kompetensi, tapi percepatan peningkatan kompetensi. Pemerintah, kata dia, mendorong keterlibatan swasta dalam percepatan ini.
Selain itu, dalam kompetisi MEA, semua orang dituntut untuk bisa menjadi kompetitor di tingkat pasar. Sebab, akan percuma Indonesia memiliki kemampuan yang besar jika tidak terlibat dalam persaingan tersebut.
"MEA itu seperti ring tinju. Walaupun kita jago berkelahi, mampu, tapi bisa gak masuk ke ring tinjunya?" katanya. Hanif sendiri mengakui kemampuan orang-orang di Indonesia sudah bagus, tapi untuk menjadi kompetitor harus ada pengakuan pihak lain. "Kita ini luar biasa, tapi harus kemampuan yang diakui oleh pihak lain."