Jumat 22 Jul 2016 16:03 WIB

Harapan Kemenag untuk Kepala BNPT Baru

Dirjen Bimas Islam Kemenag Machasin.
Foto: Republika/Darmawan
Dirjen Bimas Islam Kemenag Machasin.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA  — Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Suhardi Alius baru saja dilantik menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) oleh Presiden Joko Widodo. Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Machasin berharap di bawah kepemimpinan Suhardi, BNPT akan lebih mengedepankan pendekatan yang lunak dalam menanggulangi terorisme.

"Pendekatan lunak yang dikedepankan. Mudah-mudahan (pendekatan itu) membuat orang menyadari bahwa yang diperlukan bukan tindakan kekerasan, melainkan pembuatan masa depan yang bisa memberikan kesempatan berkembang bagi semua orang," kata Machasin di Jakarta, Jumat (22/07) seperti dilansir laman resmi Kemenag.

Sehari setelah dilantik, Suhardi Alius mengaku akan melakukan berbagai pendekatan dalam memerangi terorisme. Selain penegak hukum, BNPT juga akan merangkul kementerian dan lembaga terkait. "Semua kementerian terkait kita ajak untuk turun bersama-sama. Nanti kami juga akan sowan ke kementerian-kementerian," kata Suhardi, Kamis (21/07) kemarin.

Menurut Suhardi, Kementerian Agama akan diajak untuk menangkal paham radikalisme berlandaskan agama. Selain Kemenag, Suhardi juga akan mengajak Kementerian Sosial untuk mendekati kelompok yang mengalami krisis sosial. "Kemudian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, itu untuk merangkul anak-anak sekolah atau pun remaja yang dinilai potensial untuk direkrut kelompok radikal. Anak-anak seperti ini harus didekati," tutur Suhardi. Suhardi berharap upaya ini berjalan positif sehingga upaya penanggulangan teroris lebih maksimal.

Dimintai tanggapannya terkait hal ini, Machasin mengatakan bahwa kerjasama Bimas Islam Kemenag dengan BNPT sudah dilakukan sejak lama. Kerjasama itu dilakukan dalam beberapa kali kegiatan, antara lain: temu tokoh Islam Indonesia dan Timur Tengah, workshop penanganan paham radikal, dialog di beberapa tempat tentang anti kekerasan agama, dan lainnya.

"Itu belum cukup. Perlu kegiatan lain yang dapat meminimalisasi paham kekerasan dalam beragama," tegasnya.

"(Misalnya) pendampingan orang atau kelompok yang rentan terkena paham kekerasan, penyebaran ide-ide keagamaan yang anti kekerasan, penguatan tim cyber, dan penguatan lembaga/organisasi pendukung paham keagamaan yang ramah,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement