REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Kantor berita Turki Anadolu Agency mengkritik pemberitaan media Barat yang dianggap bias memberitakan bertia kudeta. Media Barat, cenderung meremehkan kudeta yang merenggut sedikitnya 240 jiwa dan cenderung terus mengkritik respons dari pemerintah Turki.
Sejumlah media Barat memaparkan artikel yang didasarkan pada opini. Langkah yang dilakukan pemerintah Turki seperti membersihkan banyak pihak, termasuk pejabat di lembaga-lembaga publik dinilai sebagai reaksi yang bersifat otoriter dan jauh berbahaya dari upaya kudeta itu sendiri.
Bahkan, ada yang berpendapat upaya kudeta gagal merupakan konspirasi oleh Pemerintah Turki. Upaya tersebut didalangi dan dipentaskan sendiri oleh mereka yang berkuasa di negara tersebut.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan The Economist disebutkan bahwa upaya kudeta Turki yang gagal memberikan kesempatan kepada Erdogan untuk memperkuat kekuasaannya. Bahkan, pengadilan yang independen di negara itu dapat benar-benar hilang akibat peristiwa itu.
Baca juga, Kudeta Militer Terkoordinasi Baik dan Hampir Berhasil.
BBC juga menerbitkan sebuah artikel yang berjudul 'Erdogan : Presiden Turki yang Paling Kejam'. Ia dinilai sebagai sosok pemimpin yang memecah belah sejarah moderen Turki.
Kemudian, dalam jejaring social Twitter, The New York Times menulis judul artikel tentang Erdogan dan pendukungnya. Dituliskan bahwa semua orang yang mendukung Presiden Turki itu adalah domba dan akan mengikuti apapaun yang dikatakan olehnya.
Pemerintah Turki telah menyalahkan Fethullah Gulen atas upaya kudeta tersebut. Para bemberontak berada dalam payung Gulenist Terro Organization atau Parallel State Structure (FETO/PDY).