REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mulai mengambil keputusan pertamanya sejak pemberlakukan keadaan darurat pascakudeta gagal.
Ia pada Sabtu (23/7), memerintahkan penutupan ribuan sekolah swasta, badan amal dan beberapa lembaga lain terkait Fethullah Gulen.
Erdogan menutup sekolah-sekolah dan lembaga lain yang diduga pihak berwenang memiliki hubungan dengan Gulen. Anadolu melaporkan keputusan pertama yang ditandatangani Erdogan memberi kewenangan penutupan 1.043 sekolah swasta, 1.229 badan amal dan yayasan, 19 serikat pekerja, 15 Universitas dan 35 lembaga medis yang dicurigai terkait gerakan Gulen.
Keputusan itu masih harus disetujui parlemen, namun hanya butuh sebagian suara untuk menyetujuinya. Dalam pidato kepada parlemen Jumat (22/7), Erdogan berjanji akan menyeret pendukung Gulen dengan tuduhan terorisme. Ia juga mendesak warga Turki menggelar demo di kota-kota besar untuk mendukung demokrasi dan melawan kelompok kudeta.
Anadolu melaporkan pemerintah Turki juga menahan keponakan Gulen, Muhammad Sait Gulen. Ia ditahan di kota Ezurum dan akan segera dibawa ke Ankara untuk diinterogasi. Ini merupakan kali pertama kerabat Gulen ditahan sejak kudeta gagal.
Turki juga menangkap seorang pembantu kunci Gulen, Halis Hanci. Hanci digambarkan sebagai tangan kanan Gulen yang memasuki Turki dua hari sebelum kudeta. Pilot yang membom pasukan khusus di Ankara, Hasan Karakus, juga ditangkap.
Pemerintah Turki telah menahan, menangguhkan dan menyelidiki lebih dari 60 ribu tentara, polisi, hakim, guru, pegawai pemerintahan dan lainnya sepekan pascakudeta.
Hal ini memicu kekhawatiran kelompok hak asasi, bahwa Erdogan melancarkan tindakan keras membabi buta terhadap perbedaan pendapat di negara itu.