REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Ledakan kembar menargetkan demonstrasi besar yang digelar anggota minoritas etnis Hazara di Kabul, Afghanistan, telah menewaskan sedikitnya 80 orang.
Serangan pada Sabtu (23/7) tersebut, dengan cepat diklaim kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Dua militan ISIS meledakkan sabuk peledak di sebuah pertemuan kelompok Syiah di Kabul, Afghanistan," kata situs terkait ISIS, Amaq.
Namun seorang pejabat Afghanistan mengatakan kepada Aljazirah bahwa tiga orang yang melakukan serangan telah berjanji setia pada kelompok bersenjata.
Rekaman televisi menunjukkan sejumlah tubuh hangus dan potongan badan tergeletak di jalanan yang berlumur darah di Den Mazang. Ambulans berjuang mencapai tempat kejadian, setelah pihak berwenang memblokir persimpangan untuk mengontrol pergerakan para pengunjuk rasa.
Salah seorang pengunjuk rasa mengatakan ia mendengar suara ledakan saat mereka menggelar demonstrasi damai. Kemudian menurutnya semua orang lantas melarikan diri dan berteriak.
"Saya melihat banyak orang tewas dan sebagian besar dari mereka berlumuran darah, tak ada yang membantu para korban," katanya.
Aljazirah melaporkan ini merupakan salah satu serangan paling mematikan di Kabul tahun ini. Serangan terakhir ISIS dilancarkan di timur Afghanistan, namun hanya terbatas pada provinsi Nangarhar di sepanjang perbatasan dengan Pakistan.
Dalam sebuah pernyataan, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan ia "sangat sedih" dengan serangan yang ia sebut pembantaian tersebut. Ia menambahkan bahwa korban termasuk pejabat keamanan.