REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pada Rabu pukul 23.30 pekan lalu atau sehari setelah Partai Republik mengangkat Donald Trump sebagai kandidat presiden, seorang pria dari kendaraan SUV melemparkan perangkat listrik ke arah mobil van Departemen Polisi New York di Manhattan's Times Square.
Perangkat tersebut berdetak dan mengeluarkan sinyal warna merah. "Kami sedang duduk di sana, baru duduk di van itu. Kami berbicara dan kemudian saya sadar sesuatu mengenai tangan saya," ujar petugas NYPD Peter Cybulski. "Saya melihatnya, dan 'bos ini adalah bom."
Pimpinan Cybulski, sersan Hameed Armani sedang duduk di kursi pengemudi, dan keduanya berpikir akan mati. Namun Armani yang merupakan Muslim imigran dari Afghanistan segera sadar bagaimana keselamatan orang-orang yang berada di Times Square.
"Kami berdua saling melihat satu sama lain," ujar Armani mengenang insiden itu. "Saya seperti, kami akan pergi, namun saya tak ingin mengajak orang lain bersama kami."
Keduanya memutuskan untuk tetap membawa van itu dan pergi keluar dari wilayah padat. Mereka pun berdoa saat menyetir agar tidak terjadi apa-apa. Ini mungkin bisa menjadi yang terakhir bagi keduanya.
"Salah satu yang berada di benak kepala adalah putri saya," ujar Armani. "Dia baru berusia 12 tahun. Ia menonton TV, ia sudah paham dengan berita. Jadi setiap saya meninggalkan rumah ia selalu berkata, 'Ayah, janji akan kembali pulang ke rumah.'"