REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi pada 2020 hingga 2030. Pada rentang waktu tersebut, Indonesia akan memiliki sekitar 180 juta orang berusia produktif, sedang usia tidak produktif sekitar 60 juta jiwa.
Direktur Eksekutif Centre for People Studies and Advocation (CePSA) Sahat Martin Philip Sinurat mengatakan jika saat ini Indonesia tidak cepat mempersiapkan diri, maka di masa depan akan semakin kesulitan menghadapi kebutuhan pangan, kemiskinan, kebutuhan tenaga kerja berkompeten, dan kesemrawutan pemerintahan.
Menurut dia, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sudah memperkirakan hal ini. Maka, Jokowi pun membutuh menteri yang memahami keinginannya dan dapat bergerak cepat.
"Untuk menjawab kebutuhan ini, Jokowi dapat mempertimbangkan menteri baru dari kalangan muda yang umumnya lebih dinamis, berpikir dan bergerak cepat, mengerti tantangan zaman, dan menikmati perubahan," ujar Sahat, baru-baru ini.
Pengamat pembangunan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menyebut untuk menjadi bangsa yang berdaya saing, Indonesia harus memiliki tata kelola pemerintahan yang baik serta rakyat yang baik dan berkompeten. Di sisi lain, ketahanan pangan dan ekonomi kerakyatan berbasis koperasi juga harus diperhatikan.