REPUBLIKA.CO.ID, AUCKLAND -- Seorang gadis Muslim diminta melepaskan jilbab saat melamar pekerjaan di sebuah toko perhiasan. Bahkan, ia dibilang akan membuang-buang waktu apabila tidak melepas jilbab yang dikenakan.
Mona Alfadli (25), pelamar untuk posisi asisten penjualan di perusahaan Dawsons, mendapatkan diskriminasi saat manajer yang mewawancarainya memintanya melepaskan jilbab. Selain dibilang membuat waktu, sang manajer mengatakan seharusnya ia tidak usah repot melamar apabila mengenakan jilbab.
"Saya merasa malu karena butuh banyak keberanian untuk berjalan ke toko dan bicara kepada manajer soal pekerjaan, terutama saya takut menerima penolakan," kata Alfadli, seperti dilansir Gulf Today, Senin (25/7).
Padahal, ia mengaku motivasinya tinggal di Selandia Baru adalah untuk menemukan rumah yang aman bersama keluarga, yang menetap sejak 2008 sebagai pengungsi Kuwait. Alfadli yang tinggal di Avondale, memang tengah mencari pekerjaan setelah menyelesaikan diploma di bidang terapan rekayasa sistem komputer.
"Saya bisa melakukan pekerjaan apapun, saya tidak keberatan, tapi saya akan tetap dengan jilbab saya. Saya akan menjaga identitas saya dan menghormati budaya serta agama saya," ujar Alfadli.
Itu merupakan insiden kedua terjadi di toko perhiasan, setelah kejadian serupa terjadi pada Oktober lalu. Mantan Wakil Kepala Kelston College Girls, Fatima Mohammadi, juga mengalami insiden serupa saat melakukan sesi wawancara. Dia pun diminta melepaskan jilbabnya.
Masih di 2015, wanita Muslim-AS Samantha Elauf mengajukan gugatan kepada Abercrombie & Fitch, ketika ditolak bekerja karena jilbabnya. Bahkan, kasus diskriminasi itu sampai ke Mahkamah Agung AS, yang akhirnya mengabulkan gugatan Elauf.