REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Puluhan ribu pendukung penguasa Turki, serta pihak dari partai oposisi utama berkumpul bersama-sama pada Ahad (24/7). Mereka turun ke jalan di sekitar Taksim Square, Istanbul dan menyatakan persatuan untuk melawan kudeta yang terjadi pada 14 Juli lalu.
"Ini adalah hari untuk bersatu, satu hari untuk berdiri bersama melawan kudeta dan rezim diktator," ujar pemimpin oposisi utama Kemal Kilicdaroglu, dilansir Reuters, Senin (25/7).
Sejumlah kelompok oposisi lainnya juga ikut dalam unjuk rasa damai tersebut. Sebelumnya, beberapa pihak juga telah menggelar aksi serupa dalam menyuarakan dukungan kepada Pemerintah Turki.
Di antaranya dari faksi angkatan bersenjata. Dalam unjuk rasa melawan kudeta yang digelar beberapa waktu lalu, salah seorang kepala angkatan udara Turki mengatakan bahwa semua anggota harus taat. Hal ini mengacu kepada beberapa angggota yang diduga terlibat dalam kudeta.
Setelah kudeta militer yang gagal di Turki berlangsung pada 14 Juli lalu, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan status keadaan darurat di negara itu untuk tiga bulan ke depan.
Hal ini memungkinkan dirinya untuk membuat undang-undang baru yang diperlukan dalam upaya melemahkan pihak-pihak yang terlibat dalam kudeta tanpa persetujuan parlemen.
Lebih dari 60 ribu orang dari berbagai lembaga negara, seperti tentara, polisi, hakim, guru, dan pegawain negeri lainnya telah diberhentikan dari jabatan. Sebagian juga ditangkap karena diduga terlibat langsung dalam upaya kudeta tersebut.
Perdana Menteri Turki Binala Yildirim mengatakan sekitar 13 ribu orang telah ditahan atas upaya kudeta. Termasuk diantaranya adalah 8831 tentara. Ia menekankan, pihak berwenang akan mengadili semuanya secara adil dan jujur.