REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah optimistis kejelasan nasib atas Blok Mahakam akan tercapai sebelum akhir tahun ini. Hal ini menyusul belum disepakatinya porsi saham antara operator selanjutnya yaitu PT Pertamina (persero) dan operator yang masih berjalan saat ini, yakni Total E&P Indonesie.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengungkapkan, pihaknya menghormati sikap Total untuk masih menahan keputusan terkait Participating Interest (PI) sebesar 30 persen. Pemerintah maklum ketika Total memastikan nilai keekonomian Blok Mahakam ke depan dengan angka PI yang ditawarkan. Sedangkan kontraktor lain di samping Total, yakni Inpex Corporation, disebutkan telah sepakat untuk tetap terlibat dalam pengelolaan Blok Mahakam ke depan.
"Inpex sudah memutuskan akan tetap ikut serta. Total (E&P Indonesie) masih hitung soal keekonomian karena jumlah sharenya yang kecil. Kita hormati sikap mereka, tapi sebelum akhir tahun pasti sudah putus," kata Sudirman ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (25/7).
Di sisi lain, pemerintah juga menegaskan bahwa proses alih kelola Blok Mahakam tidak perlu dibarengi dengan payung hukum. Sudirman menyebutkan, meski pada akhirnya Pertamina diharapkan bisa berinvestasi di Blok Mahakam lebih awal, tetapi langkah tersebut cukup dilakukan secara bussiness to bussiness di antara kedua pihak.
"Tidak perlu ada payung hukum lagi. Sebetulnya yang perlu dilakukan adalah satu proses transisi. Minggu ini akan ada presentasi progresnya kaya bagaimana. Yang harus dipercepat adalah kesiapan Pertamina," kata Sudirman.
Pihak Total menyatakan bahwa pembicaraan atas rencana Pertamina untuk bisa berinvestasi lebih awal di Blok Mahakam masih berlangsung hingga kini. Tak hanya itu, Total menginginkan adanya payung hukum dan persetujuan dari Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Ketua Departemen Humas Divisi Komunikasi Perusahaan Total E&P Indonesie Kristanto Hartadi menambahkan, meski perusahaan memutuskan menekan anggaran akibat penurunan harga minyak dunia, namun target produksi masih bisa tercapai. Dalam initial budget pada Work Plan and Budget (WP&B) 2016 target produksi inlet gas adalah 1423 mmscfd dan pada WP&B Revisi 2016, SKK Migas menetapkan target produksi adalah 1572 mmscfd dan produksi berpotensi lebih tinggi lagi.
"Artinya dengan investasi yang berkurang itu kami dapat tetap baik dalam berproduksi dan bahkan bisa lebih tinggi dari initial target. Jadi, penurunan investasi pada 2015 mau pun 2016 lebih dikarenakan kami menyesuaikan diri dengan anjloknya harga minyak dunia sehingga nilai keekonomian harus tercapai, dan bukan karena kontrak akan berakhir pada 31 Desember 2017," kata Kristanto.