REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Jumiatun alias Umi Delima, istri kedua almarhum Santoso pimpinan kelompok sipil bersenjata di Poso, ternyata pernah melahirkan di salah satu rumah sakit di Kota Palu 22 bulan lalu, saat keduanya masih dalam pengejaran aparat.
"Dia melahirkan di Palu dan diantar langsung Santoso," kata Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Drs Rudy Sufahriadi kepada wartawan, dalam jumpa pers di Palu.
Namun Brigjen Rudy tidak bersedia menyebutkan nama rumah sakit tersebut dengan alasan untuk kepentingan penyidikan. Dia mengatakan bahwa keterangan itu diperoleh langsung dari istri Santoso, Jumiatin alias Umi Delima.
Menurut Rudy, usia anak Santoso tersebut kini sudah 22 bulan dan merupakan anak pertama dari Jumiatin. Putra Santoso tersebut kini dirawat oleh adik Santoso di Poso. Rudy mengatakan apa pun penjelasan yang diberikan Umi Delima nantinya akan diuji kebenarannya.
Proses persalinan Umi Delima tersebut berlangsung saat Santoso sudah masuk dalam daftar pencarian orang. Santoso dinyatakan dalam daftar pencarian orang sejak 2011 dalam aksi kekerasan dan dugaan tindak pidana terorisme.
Rudy mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan medis, istri kedua Santoso kelahiran Bima 23 Oktober 1994 tersebut, saat ini dalam kondisi tidak hamil. Umi Delima menyerahkan diri ke aparat Satgas Operasi Tinombala di Poso pada Sabtu (23/7) melalui petani setempat.
Perempuan beralamat di Desa Campa Mada Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut kehilangan kekuatan sekaligus pelindungnya, setelah suaminya Santoso tewas dalam baku tembak dengan personel Satgas Tinombala pada Senin (18/7) petang.
Dia masih sempat berkomunikasi sesaat dengan Santoso ketika pimpinan kelompok sipil garis keras itu tertembak. Umi Delima bahkan sempat membawa lari senjata yang digunakan Santoso. Senjata tersebut akhirnya ditinggalkan di hutan karena kelelahan. Kapolda mengatakan Delima bersama aparat akan kembali ke hutan mencari senjata tersebut.