REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemimpin politik Prancis menyampaikan rasa kekhawatiran akan pecahnya perang agama setelah pembunuhan pendeta Katolik. Pelaku pembunuhan ingin memprovokasi keadaan.
Perdana Menteri Manuel Valls mengatakan, pembunuhan pendeta ini merupakan simbol untuk memprovokasi perang agama di Prancis.
Pada Rabu pagi, Presiden Prancis Francois Hollande bertemu dengan pemimpin agama untuk menenangkan situasi dan mencegah kekerasan lebih lanjut.
Seperti dikutip the Independent, pembunuhan pendeta Jacques Hamel (85 tahun) telah mengejutkan Prancis yang mayoritas beragama Katolik. Sebelumnya pendeta beserta suster dan jemaat disandera di Gereja Saint-Etienne-du-Rouvray, Normandy.
Pelaku diketahui bernama Adel Kermiche (19 tahun). Ia melakukan aksi kejinya itu bersama seorang pria lain. Keduanya ditembak mati oleh petugas.
Baca juga, Pendeta Tewas dalam Penyanderaan di Prancis.
Serangan di Prancis bukan pertama kali terjadi. Terakhir serangan mematikan terjadi di Nice. Kendati begitu, pembunuhan ini merupakan pertama kali menyasar simbol agama.
"Dengan menyerang pendeta Katolik, tujuan dari pelaku adalah mengadu domba satu sama lain, untuk menyerang agama tertentu, memprovokasi perang agama," ujar Valls.