Kamis 28 Jul 2016 13:41 WIB

PPP Harap Reshuffle Perkuat Dukungan Politik Legislatif

Presiden Joko Widodo (kiri atas) dan Wapres Jusuf Kalla memimpin sidang kabinet paripurna pasca perombakan Kabinet Kerja Jilid II di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (27/7). (Republika/Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Presiden Joko Widodo (kiri atas) dan Wapres Jusuf Kalla memimpin sidang kabinet paripurna pasca perombakan Kabinet Kerja Jilid II di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (27/7). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal PPP, Arsul Sani berharap perombakan kabinet atau reshuffle berimplikasi pada penguatan dukungan politik terhadap pemerintah di legislatif pascamasuknya Partai Golkar dan PAN dalam pemerintahan.

"Salah satu sisi dari reshuffle adalah memperkuat pondasi dukungan politik kepada pemerintahan Jokowi-JK dengan masuknya PAN dan Golkar dalam kabinet, maka diharapkan penguatan pondasi politik ini terimplementasikan secara nyata di legislatif," katanya di Jakarta, Kamis (28/7).

Dia mengatakan, seluruh parpol yang masuk dalam Koalisi Parpol Pendukung Pemerintahan (KP3) tidak boleh berperilaku seperti oposisi dalam bersikap kepada pemerintah di DPR. Arsul menilai sikap kritis memang tetap harus dikedepankan sebagai bentuk mekanisme check and balances terhadap kerja-kerja kabinet dan pemerintahan.

"Namun perbedaan kebijakan-kebijakan dasar harus diselesaikan secara internal antara parpol pendukung dengan pemerintah," ujarnya.

Anggota Komisi III DPR itu menjelaskan kesan bahwa perombakan adalah bagi-bagi kekuasaan adalah wajar karena masuk dua parpol baru dalam barisan pemerintahan. Namun dia menilai kalau melihat komposisinya maka reshuffle tidak mengorbankan aspek profesionalitas dalam memilih menteri.

"Prasangka baiknya adalah reshuffle ini bisa memperbaiki kinerja pemerintahan," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement