REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Islam tidak cukup disajikan hanya dengan pandangan serta nilai- nilai kebaikan yang diajarkannya. Islam tidak akan berarti apa- apa jika disajikan tanpa ruh dan implementasinya.
Hal ini ditegaskan oleh Direktur Pusat Akademi dan Studi Islam Inggris, Syekh Ahmad Ad-Dabbagh saat menjadi pembicara pada Konferensi Ulama Internasional, yang digelar di gedung HA Djunaid, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (28/7).
Melalui makalah bertajuk 'Unifikasi dan Resolusi Konflik Muslim dan non-Muslim', ia mengibaratkan Islam merupakan bunga mawar yang disuka oleh semua umat. Baik Muslim maupun non-Muslim.
Yang menjadi permasalahan, kini 'bunga mawar' ini tengah berbau. Tak ada yang mau bahkan semua orang takut terhadap bunga mawar tersebut. "Ini karena sikap dan tindakan sebagian umat Islam salah dalam memahami Islam yang sesungguhnya," kata dia.
Ia juga menyampaikan, jutaan orang masuk Islam dan Islam menjadi besar bukan karena pengetahuan. Mereka masuk Islam karena aulia para waliulloh yang mengajarkan dan menyebarkan Islam dengan kebaikan.
Tapi sekarang --saat jutaan buku tentang Islam-- ditulis, jutaan orang juga semakin menjauhi Islam. Karena Islam disajikan dalam cara- cara yang sesungguhnya bukan dikehendaki Allah.
"Islam harus diperkenalkan dengan contoh dan tauladan yang baik tentang nilai dan implementasi Islam dalam memandang perbedaan," tegasnya.
Baginya, hal ini bukan tanpa alasan. Karena Allah --sejatinya-- juga mengamanahkan kebebasan berkehendak kepada umat. Namun Allah menghendaki agar umat menggunakan amanah ini sesuai dengan apa yang kehendakNya.
Setidaknya ini bisa ditemukan dalam hadits Imam Bukhari, di mana ada pertanyaan Islam yang mana yang lebih baik? Jawabnya tentu Islam yang baik adalah Islam yang lidah dan tangannya tidak membahayakan orang lain.
"Apabila kita memiliki lidah atau mata yang tidak suci, bagaimana kita bisa masuk surga. Seorang mukmin tidak membahayakan orang lain," tandas Ad-Dabbagh.
Adapun yang tak kalah penting dalam menyajikan Islam dengan kebaikan adalah seperti yang dikehendaki oleh Allah SWT. "Berhenti melakukan dosa dan jangan membahayakan orang lain dengan tangan kita," lanjutnya.
Katena Allah tidak akan menerima orang yang sering ke masjid namun masih berperilaku demikian. Lantas bagaimana seharusnya untuk membangun kembali hubungan yang lebih baik antara Islam dengan non Islam.
"Yakni menyajikan Islam yang rahmatanan lil alamin, Islam yang menghargai perbedaan serta Islam yang tidak membuat orang lain menjadi takut," lanjutnya.
Sementara pada kesempatan ini, juga menghadirkan pembicara Syekh Dr Azis Abidin dari California, Amerka Serikat.