REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Soenoto mengatakan, pelaku usaha sudah memikirkan untuk membuat industri mebel di luar Jawa agar lebih dekat dengan sumber bahan baku sehingga dapat menghemat biaya. Menurutnya, skala kemahalan ongkos lalu lintas barang di Indonesia berada di skala 9 dari skala level 1-12. Sedangkan, negara lainnya memiliki skala antara 2-3. Oleh karena itu, pelaku industri bersedia untuk memberikan bantuan teknis kepada industri hulu.
"Kami ekspansi dengan harapan bisa mendapatkan cost transport, dan akhirnya bisa jual harga barang yang relatif lebih murah. Boleh sub contractor, dan boleh juga kita buka sendiri di sana," kata Soenoto.
HIMKI merupakan wadah baru bagi pelaku industri mebel dan kerajinan. Sebelumnya, asosiasi yang mewadahi industri tersebut terbagi menjadi dua yakni Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) dan Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo).
Hampir satu setengah tahun, Presiden Joko Widodo berkeinginan untuk menyatukan keduanya agar menjadi kuat dan solid demi memajukan industri mebel dan kerajinan yang berdaya saing di kancah global. Pada April 2016, kedua asosiasi tersebut menandatangani MoU untuk penggabungan. Selanjutnya, pada 31 Mei 2016 kedua belah pihak menyelenggarakan Munasus/Munaslub untuk pembubaran asosiasi masing-masing dan bergabung ke dalam asosiasi baru yang bernama HIMKI.