REPUBLIKA.CO.ID, RIVESALTES -- Presiden Prancis Francois Hollande menepis komentar calon presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa Prancis bukan lagi Prancis yang dulu setelah serentetan serangan ekstremis.
"Prancis akan selalu menjadi Prancis, karena Prancis tidak akan pernah menyerah dan karena Prancis selalu mengedepankan cita-cita, nilai dan prinsip yang membuat kami diakui di seluruh dunia," kata Hollande saat berpidato di kota barat daya Rivesaltes, Kamis (28/7), seperti dikutip kantor berita AFP.
"Ketika kau menurunkan standar, kau bukan dirimu lagi. Itu sesuatu yang mungkin terjadi pada yang lain, di sisi lain Atlantik," tambah Hollande mengacu pada Trump tanpa menyebut namanya, seperti dikutip dari Antara News.
Dalam sebuah jumpa pers di Florida pada Rabu, calon presiden dari Partai Republik Donald Trump mengangkat kasus pembunuhan seorang pastur lanjut usia dan seorang temannya yang baru-baru ini mengunjungi Prancis mengatakan kepadanya: "Saya tidak akan datang ke Prancis... Prancis bukan lagi Prancis."
"Mereka pasti tidak akan suka saya mengatakan ini. tapi kau melihat apa yang terjadi di Nice. Kau melihat apa yang terjadi dengan pastur itu, yang seharusnya menjadi seorang pria luar biasa. Prancis bukan lagi Prancis," kata Trump.
Perdana Menteri Perancis Manuel Valls juga merespons komentar itu pada Rabu malam di Twitter, mengatakan Prancis tetaplah Prancis dan kuat.
Serangan 14 Juli di Nice yang menewaskan 84 korban dan serangan di satu gereja yang menewaskan seorang pendeta diklaim dilakukan oleh kelompok ISIS.