REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta seluruh angkatan bersenjata dan badan intelijen nasional negara itu berada di bawah kendali dirinya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk perbaikan sistem negara setelah terjadinya kudeta milter yang gagal.
Erdogan mengeluarkan permintaan itu setelah melakukan pertemuan selama lima jam dengan Dewan Agung Militer Turki. Pertemuan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Binali Yildirim ini juga menjadi ajang sekitar 1.700 anggota militer negara itu diberhentikan secara tidak hormat, karena diduga terlibat dalam upaya kudeta.
"Erdogan setuju keputusan dewan agar kepala angkatan bersenjata Hulusi Akar tetap berada dalam posisi. Namun, ada beberapa perubahan pada petinggi militer lainnya," ujar juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin, dilansir Reuters, Jumat (29/7).
Sebelumnya, Erdogan mengatakan militer Turki membutuhkan darah baru. Setidaknya 40 persen petinggi di dalamnya akan digantikan.
Upaya kudeta gagal di Turki pada 15 dan 16 Juli lalu disebut oleh Erdogan didalangi oleh Fethullah Gulen. Pendiri Hizmet yang berbasis di Amerika Serikat (AS) itu diduga mengerahkan pengikutnya dan berupaya menggulingkan pemerintahan.
Baca juga, Kudeta Militer Turki Terkoordinasi Baik dan Hampir Berhasil.
Puluhan ribu orang yang diduga terkait dengan Gulen, dari berbagai lembaga negara telah diberhentikan dari jabatan. Demikian dengan para akademisi di sekolah dan universitas, yang juga ditutup setelah upaya kudeta tersebut.