REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergantian Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dari sebelumnya Sudirman Said menjadi Arcandra Tahar tidak bakal mengubah rencana pembangunan fasilitas pengolahan gas alam cair atau LNG. Sesuai keputusan sebelumya, LNG plant tetap akan dibangun di darat.
Candra mengungkapkan, meskipun dirinya memiliki latar belakang profesional di bidang perencanaan anjungan migas lepas pantai (offshore), tetapi jika memang Jokowi telah memutuskan untuk menggunakan skema onshore, maka dirinya tidak akan mengubah keputusan tersebut.
"Saya kan orang offshore. Punya latar belakang offshore. Nah yang diputuskan adalah onshore. Masela sudah diputuskan untuk menggunakan onshore, saya sebagai pembantu akan menjalankan amanat agar Masela dikembangkan dengan pilihan LNG plant ada di onshore," katanya di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (28/7).
Dia menjelaskan, skema pembangunan fasilitas LNG di darat bukan berarti seluruh infrastrukturnya akan dibangun di darat. Ia menjelaskan bahwa sumur yang ada, termasuk anjungan migas dan pengolahan gas sebelum diubah menjadi LNG tetap dibangun di laut. Sedangkan fasilitas untuk mengolah gas menjadi LNG yang bakal dibangun di darat.
"Yang membedakan adalah LNG plant-nya. Apa dibikin di offshore atau LNG gas kita bawa ke darat terus diproses di onshore. Jadi bukan berarti kalau onshore harus sebagian besar onshore. Masela adalah lapangan offshore dan termasuk laut dalam," katanya.
Saat polemik Masela muncul, Kementerian ESDM dan SKK Migas mengajukan skema pembangunan di laut. Sedangkan Kemenko Maritim yang saat itu masih dipimpin oleh Rizal Ramli mengajukan skema di darat. Presiden Jokowi akhirnya mengambil kebijakan untuk membangun fasilitas LNG Masela di darat.