REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan, sembilan titik panas di Sumatra terpantau satelit dengan tingkat kepercayaan kebakaran lahan dan hutan di atas 50 persen.
Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru Sugarin di Pekanbaru, Jumat (29/7), mengatakan, titik panas itu terpantau satelit di empat provinsi Sumatera, setelah sepekan lebih nihil. "Baik satelit Terra maupun Aqua pukul 16.00 WIB tadi, mendeteksi lima titik panas di Sumatra Selatan dan dua di Bengkulu. Sedangkan Riau dan Sumatra Utara, sama-sama berbagi satu titik panas," ucapnya.
Ia berujar, titik panas di Riau tersebut berada pada wilayah pesisir atau tepatnya di Pelalawan dari total tujuh kabupaten/kota berbatasan dengan tiga provinsi yakni wilayah Barat dengan Sumatra Barat, Timur dengan Jambi dan Utara dengan Sumatra Utara.
"Titik api yang berpotensi karlahut terutama di daerah berlahan gambut di Riau dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen, hari ini dinyatakan masih nihil," ucap Sugarin.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau, Edward Sanger mencatat, total sekitar 1.400 hektare luas lahan dan hutan terbakat di daerah tersebut terjadi mulai Januari hingga awal Juli 2016. "Data kami, terjadi karlahut seluas 1.400 hektare terutama pada lahan gambut sejumlah kabupaten/kota di Riau," paparnya.
Pemerintah Provinsi Riau memutuskan untuk memperpanjang status siaga darurat kebakaran lahan dan hutan yang berlaku sejak Juni 2016 hingga 30 November 2016. "Sesuai hasil evaluasi awal pekan lalu, kita sepakat untuk memperpanjang status siaga karlahut," kata Komandan Satuan Tugas (Satgas) Karlahut Riau, Brigjen TNI Nurendi.
Ia menjelaskan, perpanjangan status tersebut sebagai upaya untuk memaksimalkan pencegahan penanggulangan Karhutla yang saban tahun terjadi di Riau selama 18 tahun terakhir.