REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Orhan Guvel perwakilan biro Anadolu Agency di Kairo saat Revolusi 2013 menulis tentang kudeta Mesir dan upaya penggulingan Turki. Menurut Guvel ada perbedaan mendasar di keduanya kenapa kudeta Mesir berhasil dan Turki gagal.
Ia mengungkapkan, pada 3 Juli 2013, Menteri Pertahanan Mesir Abdul Fattah al-Sisi mengumumkan penggulingan Muhammad Mursi, presiden sipil pertama yang dipilih secara demokratis.
Pascakudeta, hampir sepanjang malam, tank ditempatkan di jalanan ibu kota Kairo. Petugas juga mendirikan pos-pos pemeriksaan. Aksi kudeta ini mendapat perlawanan dari pendukung Mursi dan Ikhwanul Muslimin (IM).
Ratusan atau ribuan anggota Ikhwan terbunuh. Helikopter bersenjata dan sniper menembaki pendukung Mursi, termasuk wanita dan anak-anak. Mereka yang terluka kesulitan mendapat pengobatan di rumah sakit dan dibiarkan meninggal di jalaan.
Baca juga, Hukuman Mati Mursi, Turki: Mesir Kembali ke Zaman Mesir Kuno.
Puluhan ribu anggota IM juga dijebloskan ke penjara. IM telah dimasukkan ke dalam daftar teroris dan aset-aset mereka disita. "Kudeta 2013 yang berhasil menggulingkan presiden demokratis pertama Mesir berbeda dengan kudeta gagal Turki pada 15 Juli lalu," tulis Guvel.