Ahad 31 Jul 2016 14:39 WIB

KH Mas Subadar, Kiai NU yang Sederhana dan Bersahaja

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Damanhuri Zuhri
KH Mas Subadar
Foto: nu.or.id
KH Mas Subadar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepergian salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Mas Subadar menyisakan kenangan di kalangan warga Nahdlatul Ulama.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar NU, Helmy Faisal menceritakan almarhum merupakan sosok yang sederhana dan bersahaja.

"Kita sangat kehilangan sekali. Beliau adalah salah satu kiai sepuh yang menjadi pegangan," ungkap Helmy kepada Republika, Ahad (31/7).

Menurut Helmy, Kiai Mas Subadar pernah disebut Gus Dur sebagai salah satu kiai utama. Dalam kesederhanaannya, Almarhum selalu mengajarkan dan mengingatkan murid-muridnya untuk senantiasa menjaga toleransi dan menghormati perbedaan.

Dalam setiap perjumpaannya dengan Kiai Mas Subadar, Helmy mengaku, Almarhum selalu menunjukkan sifat rendah hati. "Meskipun orang yang kaya dengan ilmu tinggi, tapi beliau tetap  rendah hati dan tawaduk," kata Helmy mengisahkan.

Menghadapi dunia yang semakin hedonis ini, Helmy mengatakan, mengenang sosok beliau yang religi akan mengingatkan kita bahwa dunia hanya sementara. 

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Kiai Haji Mas Subadar meninggal dunia pada usia 74 tahun pada Sabtu (30/7) malam di kediamannya, Pasuruan, Jawa Timur.

"Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya KH Mas Subadar, Rais Syuriyah PBNU," demikian surat instruksi dari PBNU yang ditandatangani oleh Ketua Umum, KH Said Aqil Siroj, Sabtu (30/7).

Berkaitan dengan kabar duka tersebut, PBNU menginstruksikan kepada seluruh pengurus wilayah dan cabang Nahdlatul Ulama agar menyelenggarakan shalat ghaib untuk mendoakan almarhum.

Menurut keterangan laman resmi NU, almarhum yang juga merupakan pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum di Pasuruan itu adalah tokoh yang sering ditunjuk sebagai juru bicara para kiai karena dikenal mempunyai tutur kata halus dan argumentatif.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement