Ahad 31 Jul 2016 16:40 WIB

Nelayan Cirebon Mulai Gunakan Elpiji untuk Bahan Bakar Kapal

Rep: Lilis Handayani/ Red: Nur Aini
Kapal nelayan.
Foto: Antara/Ampelsa
Kapal nelayan.

REPUBLIKA.CO.ID,CIREBON -- Program konversi bahan bakar kapal menjadi gas elpiji sudah mulai berjalan di kalangan nelayan di Kabupaten Cirebon. Ratusan kapal nelayan di pesisir pantura Jabar tersebut kini sudah mulai beralih dari menggunakan bahan bakar premium menjadi gas elpiji.

 

Menurut Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon, Wisono, program konversi bahan bakar ke gas elpiji di kalangan nelayan di Kabupaten Cirebon sudah mulai teralisasi pada pertengahan 2016.

 

‘’Program konversi bahan bakar oleh para nelayan di Kabupaten Cirebon seharusnya terealisasi sejak akhir 2015 lalu. Tapi  karena belum ada payung hukum yang jelas, makanya program itu baru direalisasikan pertengahan tahun ini,’’ kata Wisono, akhir pekan kemarin.

 

Untuk program konversi bahan bakar menjadi gas elpiji tersebut, para nelayan diberi bantuan berupa tabung gas dan alat converter. Alat tersebut berfungsi sebagai alat konversi bahan bakar untuk mesin kapal yang digunakan dari bahan bakar cair ke gas.

 

Adapun bantuan peralatan untuk konversi bahan bakar kapal nelayan itu merupakan program kerja sama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

 

‘’Di Kabupaten Cirebon, sudah lebih dari 200 unit kapal yang beralih menggunakan bahan bakar gas elpiji dari sebelumnya menggunakan bahan bakar premium,’’ kata Wisono.

 

Wisono pun menilai, konversi bahan bakar kapal menjadi gas elpiji cukup efektif menekan biaya melaut yang harus dikeluarkan nelayan. Bahkan, dia menyebutkan nelayan bisa mengurangi biaya pembelian bahan bakar hingga 60 persen.

 

Sementara itu, berbeda dengan nelayan di Kabupaten Cirebon, nelayan di Kabupaten Indramayu hingga kini belum ada yang bersedia mengikuti program konversi bahan bakar menjadi gas elpiji tersebut. Para nelayan masih takut mengalami kecelakaan di laut akibat menggunakan bahan bakar gas elpiji pada kapal.

 

‘’Nelayan tidak mau pakai gas elpiji untuk bahan bakar kapal, takut meledak. Kalau meledak di darat sih masih ada kemungkinan selamat. Tapi kalau meledak di laut, dampaknya sangat fatal,’’ kata Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT), Kajidin, Ahad (31/7).

 

Kajidin menjelaskan, selama ini ada sejumlah nelayan yang sudah menggunakan gas elpiji untuk kebutuhan memasak di atas kapal selama melaut. Namun dampaknya, sering terjadi kapal mengalami retak-retak akibat penggunaan gas tersebut.

 

‘’Jadi untuk bahan bakar kapal, nelayan tetap memilih menggunakan solar,’’ ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement