REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Kepala Sekolah SMP, SMA Kharisma Bangsa Boarding School, Tangerang Selatan Sutarto mengaku sekolahnya juga pernah dituduh mempunyai keterkaitan dengan ajaran Syiah. Namun menurut dia, tuduhan miring apa pun mengenai sekolahnya tidak berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar.
"Ya kami juga pernah dituduh Syiah, tapi di sini kan ada yang beragama Kristen juga. Bagaimanapun juga fakta yang menjawab, malah sekolah kami terkenalnya dengan sekolah sains," tuturnya kepada Republika.co.id, Ahad (31/7).
Menurut Sutarto, tuduhan-tuduhan miring yang ditujukan kepada sekolahnya justru tidak menimbulkan dengan para murid maupun orang tua murid. Hal itu terbukti sehari setelah ramainya kabar adanya surat dari Kedutaan Besar Turki yang menyebut beberapa sekolah, dan salah satunya sekolahnya, terkait dengan Fethullah Gullen, mereka tetap melakukan kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Bahkan Kedubes Turki merekomendasikan untuk menutup sekolah tersebut.
"Kami biasa saja, setelah ramainya rilis itu datang, sekitar Kamis (28/7) sore, Jumat (29/7) kami melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Orang tua murid juga tidak ada yang khawatir, karena mereka sudah tahu dan mengenal kami," katanya.
Sutarto menyebut tuduhan tersebut tak berdasar, hanya karena sekolahnya terkenal dengan sekolah Turki, karena pernah bekerja sama dengan LSM pendidikan Turki, PASIAD sejak 2006 sampai 2014 lalu. Hal itu dibuktikan dengan respons cepat dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy yang segera mendatangi Kharisma Bangsa Boarding School pada Jumat (29/7) dan menyatakan tidak adanya kaitan antara sekolah tersebut dengan Fethullah Gullen atau FETO.
Tidak hanya dari orang tua murid dan Kemendikbud, dukungan juga datang dari para alumni Kharisma Bangsa Boarding School. Menurut Sutarto mereka ramai berpendapat di media sosial bahwa almamater mereka tidak mengajarkan kesesatan, apalagi terorisme. Hal itu menurut Sutarto merupakan bukti kuat untuk menangkis tuduhan tersebut.