REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu stan yang mengundang banyak perhatian pengunjung di Festival Condet 2016 adalah dodol Bang Rizal.
Dodol tersebut mengundang daya tarik bahkan untuk warga Condet -yang notabene memiliki tradisi dodol yang kuat-karena pembuatannya sudah mengalami modifikasi.
Rizal menjelaskan, Kenceng alias kuali yang biasa digunakan untuk membuat dodol sudah dimodifikasi. Bahannya pun berasal dari tembaga. Rizal juga mengganti bahan bakar pembuatan dodol dari kayu bakar menjadi gas. Tungkunya pun berubah dari cekung menjadi cembung sehingga panas yang dihasilkan merata.
“Dengan cara ini kita bisa menghemat waktu dan tenaga. Kalau dulu bikin dodol harus dua orang dan ngabisin waktu seharian, sekarang ngaduk sendiri juga bisa. Waktunya cuma sampai lima jam,”kata Rizal saat ditemui di stannya di Festival Condet. Warga Pasar Minggu ini menjelaskan, bahan baku dan bumbu pembuatan dodol miliknya tidak berbeda dengan dodol betawi pada umumnya.
Proses pembuatannya yakni santan kelapa masuk ke dalam kenceng untuk digodok. Lantas gula merah cair dimasukkan berikut dengan tepung ketan. Warna dodol, kata Rizal, sesuai dengan jenis ketannya. Apakah menggunakan ketan putih atau ketan hitam. Dodol dengan ketan hitam berwarna gelap sementara dodol ketan putih berwarna kecokelatan.
Rizal menjelaskan, para penikmat dodol betawi tak perlu khawatir jika dodol tersebut bulukan alias berjamur. Dodol betawi buatannya yang bisa tahan dua pekan hingga sebulan tetap bisa dinikmati meski sudah bulukan. “Caranya dodol dimasukin terigu terus digoreng. Rasanya dijamin enak dan enggak bakal keracunan,”kata dia.
Dia berdalih jaminannya itu bukan isapan jempol belaka. Menurut dia, dodol betawi yang menggunakan bahan baku dan bumbu tanpa bahan pengawet dan zat kimia tak akan berbahaya bagi kesehatan. Jamur yang tumbuh di dodol setelah - paling cepat - dua pekan tidak akan meracuni orang yang mengonsumsi dodol tersebut. “Dodol betawi enggak ada basinya bang,”jelas dia.