REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Pemberontak Suriah meluncurkan operasi ofensif untuk menghancurkan kepungan pemerintah di Aleppo bagian timur. Pada Senin (1/8), aliansi pemberontak mengatakan akan merebut posisi pemerintah di sana.
Kelompok yang terlibat termasuk Jabhat Fatah al Sham alias Nusra Front dan Ahrar al Sham. Dalam beberapa jam pertama, pemberontak meluncurkan pertempuran untuk merusak kepungan pemerintah terhadap area kekuasaan pemberontak.
Militer Suriah mengonfirmasi pertempuran ini. Mereka melaporkan telah berhasil memukul mundur pemberontak dari basis artileri pasukan angkatan udara. Militer menyangkal klaim pemberontak telah mengambil alih sekolah Hikma.
Dilansir Aljazirah, Observatorium Suriah untuk HAM yang mengumpulkan informasi dari jaringan informan lokal mengatakan pemberontak dan pasukan propemerintah bentrok di beberapa wilayah. Pertempuran Aleppo menjadi krusial karena daerah ini strategis.
Mengendalikan Aleppo akan jadi kemenangan terbesar bagi pemerintah sejak lima tahun lalu. Perwakilan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura memperingatkan pasokan kemanusiaan di Aleppo timur akan habis dalam tiga pekan.
Ada sekitar 300 ribu warga sipil yang terjebak di sana. Pada Ahad, serangan udara di Suriah selatan menghantam rumah sakit Jasem. Komite Koordinasi Lokal mengatakan enam orang tewas dalam serangan pemerintah Suriah tersebut.
Observatorium mengatakan serangan ini menewaskan seorang apoteker dan membuat rumah sakit tidak beroperasi. Serangan-serangan terhadap rumah sakit cukup sering terjadi hingga mengundang kecaman rutin.
Kelompok Physicians for Human Rights mengatakan 90 persen serangan pada fasilitas medis di Suriah dilakukan oleh pemerintah atau pasukan pro-pemerintah. "Garis merah sudah dideklarasikan oleh komunitas internasional dan garis merah itu dilanggar," kata Wakil Direktur Eksekutif International Rescue Committee, Sanjayan Srikathan.