REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PPP kehilangan sosok ulama nasionalis setelah KH Muhammad Subadar meninggal dunia pada 30 Juli lalu. Selain menjabat sebagai Rois Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), almarhum juga merupakan Wakil Ketua Majelis Syariah DPP PPP.
"Beliau selalu hadir dengan ide-ide segar dan sarat nilai memperjuangkan kepentingan umat dan bangsa. Masalah kebangsaan dan partai yang rumit menjadi mudah dengan uraian bahasa beliau yang terformat sederhana dan membumi," kata Ketua PPP versi Muktamar Jakarta Djan Faridz dalam keterangan pers di Jakarta, Senin (1/8/2016).
Djan mengaku sangat terpukul saat mendengar kepergian Kiai Subadar yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Desa Besuk, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Hal yang sama, lanjutnya, juga dirasakan kader Partai Kakbah selepas kepergian Kiai Subadar.
Menurut Djan, kedalaman ilmunya menjadikan Kiai Subadar sebagai rujukan bagi PPP ketika mengambil sikap berpolitik maupun dalam rangka menegakkan amar ma'ruf nahi munkar.
"Beliau dipanggil menghadap Illahi Robbi ketika situasi bangsa dalam kondisi karut marut begini. Ketika kebenaran dan istiqomah dalam bersikap menjadi barang yang langka di negeri ini," ujarnya.
Lebih lanjut, ketika terakhir bertemu, Kiai Subadar berpesan agar partainya lebih membumi dan konsisten memperjuangkan kepentingan rakyat Indonesia.