Selasa 02 Aug 2016 10:18 WIB

Insinyur Palestina Belajar Sistem Pertanian di Indonesia

Rep: Christiyaningsih/ Red: Nur Aini
Model tanaman hidroponik
Foto: dok Tel U
Model tanaman hidroponik

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sebanyak 20 insinyur Pertanian dari Palestina belajar tentang pertanian dan produk obat herbal di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Pelatihan berlangsung dua pekan dimulai sejak Sabtu (31/7).

Salah satunya materi yang dipelajari adalah sistem hidroponik. Melalui pelatihan ini, insinyur Palestina diharapkan mampu meningkatkan kemampuan bertani dengan kondisi air yang langka.

Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi mengatakan kondisi Palestina saat ini mengalami kesulitan air. Pendudukan ilegal di Tepi Barat yang mencuri air Palestina hingga 80 persen mengakibatkan negara ini kekurangan pasokan air.

"Pertanian sebagian besar menggantungkan air pada musim hujan yang terjadi antara November hingga Januari, tapi debit air tidak tentu," kata Fariz di Malang, Senin (1/8)

Kerja sama untuk meningkatkan teknologi pertanian tidak hanya dilakukan dengan Indonesia. Kerja sama serupa juga dilakukan dengan negara lain seperti Thailand, Cina, Aljazair, Tunisia, dan negara di Eropa seperti Italia.

Pelatihan hidroponik diharapkan mampu mengatasi masalah pertanian akibat persediaan air yang langka. Petani di Palestina diharapkan mampu bertani dengan menghemat pengeluaran untuk air namun dengan hasil panen yang lebih banyak.

Petani juga belajar mengurangi penggunaan pupuk kimia, mengoptimalkan dan mengurangi penggunaan air, dan menyediakan produk pertanian organik yang lebih berkualitas. "Kami baru kali ini ke Indonesia untuk belajar pertanian, kami senang karena ilmu yang dipelajari di sini bisa diterapkan di Palestina,” kata Muhammad, salah satu peserta pelatihan.

Kepala Pusat Pelatihan Pertanian Widi Harjono mengatakan teknologi pertanian Hidroponik telah dipelajari oleh peserta dari Palestina di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang. Sistem ini sesuai diterapkan pada lahan pertanian yang kecil dan pasokan air yang tak banyak. "Seperti di Palestina, mereka bisa memutar air dan menggunakannya dengan maksimal sebelum diserap tanah,” kata Widi.

Lewat kerja sama ini, Indonesia juga mendapat berbagai hal baru ketika bekerja sama dengan Palestina. Di antaranya benih pertanian yang sebelumnya tak ada di Indonesia. Kerja sama ini juga melibatkan JICA (Japan International Cooperation Agency). "Kerja sama ini adalah sharing, jadi kami membagi apa yang kami bisa dan mereka juga seperti itu. ” kata Widi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement