REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sebagian guru di sekolah swasta Kota Sukabumi terpaksa menganggur atau tidak bisa mengajar. Penyebabnya, jumlah murid yang diterima di sekolah swasta menurun drastis.
Hal ini dikarenakan banyak sekolah negeri yang menerima murid melebihi dari kuota yang ditetapkan sebelumnya. "Dari sekitar 1.100 guru sekolah swasta, sekitar 40 persen di antaranya terpaksa menganggur," ujar Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Kota Sukabumi Endang Imam dalam audiensi dengan Pemkot Sukabumi dan kalangan DPRD Kota Sukabumi, Selasa (2/8).
Menurut dia, kondisi ini cukup memprihatinkan. Pasalnya, para guru tersebut masih harus menafkahi anak dan istrinya seperti biasa. Sementara di sisi lain jumlah penghasilan mereka dari mengajar semakin berkurang.
Endang mengatakan kondisi ini sudah berlangsung selama enam tahun terakhir. Bahkan, ada sejumlah sekolah yang akhirnya tutup karena minim jumlah murid. Endang menuturkan, sekolah swasta berharap pemerintah mematuhi ketentuan pemerintah pusat terkait batas rombongan belajar per kelas. Sehingga sekolah swasta masih bisa mendapatkan murid.
Wali Kota Sukabumi Mohamad Muraz mengatakan, animo warga untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri cukup tinggi. Selain itu peraturan dari pemerintah pusat juga lebih mendorong anak diterima di sekolah negeri. Contohnya penerimaan siswa model afirmasi yakni anak-anak di sekitar lingkungan sekolah negeri harus diterima. Jumlahnya bisa mencapai sekitar 20 persen dari kuota.
Hal ini sambung Muraz menyebabkan sejumlah sekolah swasta mengalami penurunan jumlah murid. Oleh karena itu pemkot akan mencari solusi yang terbaik dalam penerimaan siswa baru tersebut.