REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan pemerintah menolak menutup sekolah terkait Fethullah Gulen dinilai sudah benar. Penganjar Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara Tia Mariatul Kibtiah mengatakan permintaan pemerintah Turki tersebut justru akan membahayakan demokrasi domestik Indonesia.
"Karena alam demokrasi Indonesia sudah jalan, akan dianggap membunuh sistem pendidikan kita," katanya, Selasa (2/8).
Menurut Tia kebijakan Presiden Turki Tayyip Erdogan menutup sekolah dan memenjarakan guru sangat berlebihan. Hal ini menyebabkan beberapa akademisi melihat kudeta awal bulan lalu sebagai rekayasa Erdogan untuk memperkuat kekuasaannya.
Tia mengatakan, Erdogan saat ini beruntung rakyat Turki masih mendukungnya. Karena memang selama pemerintahan Erdogan perekonomian Turki melesat naik. Gejolak politik yang biasanya terjadi karena pemberontakan Suku Kurdi pun terbilang minim.
Baca juga, Kudeta Militer Turki Terkoordinasi Baik dan Hampir Berhasil.
"Sebelum Erdogan hampir setiap hari ada bom bunuh diri yang dilakukan Suku Kurdi, tapi Erdogan memberi mereka kursi, tidak ada gejolak dunia internasional melihat Turki aman, investor masuk," kata Tia.
Hanya saja, kata Tia, kebijakan Erdogan untuk menghabisi seluruh kekuatan politik Fathulleh Gulen sangat berlebihan. Kekuatan politik Gulen memang tidak bisa diremehkan. Tidak hanya di Turki yang disebuh Gulenish. Jaringan politik Gulen pun sudah di tingkat Internasional.
Baca juga, Turki Sapu Bersih Gerakan Gulen di Indonesia.