Selasa 02 Aug 2016 16:16 WIB

Langkah Erdogan Dinilai Berlebihan

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi Erdogan dan Fetullah/Mardiah
Foto: www.yenisafak.com/Republika
Ilustrasi Erdogan dan Fetullah/Mardiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan pemerintah menolak menutup sekolah terkait Fethullah Gulen dinilai sudah benar. Penganjar Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara Tia Mariatul Kibtiah mengatakan permintaan pemerintah Turki tersebut justru akan membahayakan demokrasi domestik Indonesia.

"Karena alam demokrasi Indonesia sudah jalan, akan dianggap membunuh sistem pendidikan kita," katanya, Selasa (2/8).

Menurut Tia kebijakan Presiden Turki Tayyip Erdogan menutup sekolah dan memenjarakan guru sangat berlebihan. Hal ini menyebabkan beberapa akademisi melihat kudeta awal bulan lalu sebagai rekayasa Erdogan untuk memperkuat kekuasaannya.

Tia mengatakan, Erdogan saat ini beruntung rakyat Turki masih mendukungnya. Karena memang selama pemerintahan Erdogan perekonomian Turki melesat naik. Gejolak politik yang biasanya terjadi karena pemberontakan Suku Kurdi pun terbilang minim.

Baca juga, Kudeta Militer Turki Terkoordinasi Baik dan Hampir Berhasil.

"Sebelum Erdogan hampir setiap hari ada bom bunuh diri yang dilakukan Suku Kurdi, tapi Erdogan memberi mereka kursi, tidak ada gejolak dunia internasional melihat Turki aman, investor masuk," kata Tia.

Hanya saja, kata Tia, kebijakan Erdogan untuk menghabisi seluruh kekuatan politik Fathulleh Gulen sangat berlebihan. Kekuatan politik Gulen memang tidak bisa diremehkan. Tidak hanya di Turki yang disebuh Gulenish. Jaringan politik Gulen pun sudah di tingkat Internasional.

Baca juga, Turki Sapu Bersih Gerakan Gulen di Indonesia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement