Selasa 02 Aug 2016 19:29 WIB

Di MTQ Nasional, Calon Perwira Unjuk Pemikiran Soal Gender

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Agung Sasongko
Seorang anggota Akademi Kepolisian dari Jawa Tengah Farhan Arif mengikuti semi final lomba Musabaqah menulis makalah ilmiah Al Quran dalam rangkaian MTQ Nasional ke XXVI yang diadakan di Gedung Irigasi PU Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa (2/8). (R
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Seorang anggota Akademi Kepolisian dari Jawa Tengah Farhan Arif mengikuti semi final lomba Musabaqah menulis makalah ilmiah Al Quran dalam rangkaian MTQ Nasional ke XXVI yang diadakan di Gedung Irigasi PU Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa (2/8). (R

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Calon Perwira, Farhan Harja, Taruna tingkat 4 pada Akademi Kepolisian di Semarang menjadi salah satu peserta Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke 26 di Provinsi NTB mewakili  kafilah Provinsi Jawa Tengah. Hobinya yang senang menulis karya sastra  dan pernah mengenyam pendidikan di pesantren membawa dirinya menjadi peserta cabang lomba Musabaqah Makalah Ilmiah Al-Quran (MMIQ).

Bahkan, hingga hari ke 4 sejak pembukaan MTQN, dirinya berhasil masuk ke babak semifinal bersama 11 peserta lainnya menyisihkan peserta dari provinsi lain sebanyak 53 orang. Ia berharap bisa masuk final dan menjadi juara di cabang tersebut.

"Sejak SD, hobi dan minat saya menulis puisi atau karya sastra lainnya. Sejak SMP dan SMA, saya menekuni dunia makalah," ujarnya kepada republika.co.id disela-sela istirahat lomba, Selasa (2/8).

Ia mengaku selama enam tahun pernah juga menjadi santri di pondok pesantren Darul Qolam, Tangerang Provinsi Banten. Dan sempat mengajar selama satu tahun kemudian masuk ke akademik kepolisian. Latar belakang itu pula yang membuat dirinya memahami dunia Islam.

Menurutnya, sekitar tahun 2015 mengikuti lomba makalah ilmiah tingkat provinsi di Jawa tengah mewakili Semarang. Hingga akhirnya mendapatkan juara I dan secara otomatis mewakili provinsi Jawa Tengah.

Farhan mengatakan pada babak semifinal, panitia menyuguhkan tema gender. Dirinya lantas mengangkat judul "Al-Quran sebagai filter kesetaraan gender". Judul tersebut diambil karena banyak perempuan di Indonesia gagal paham dengan kesetaraan gender. Bahkan cenderung menelan mentah mentah gagasan tersebut.

"Sehingga muncul permasalahan misal di ekonomi dorongan perempuan bekerja sehingga mengurangi peluang laki laki untuk bekerja," ungkapnya.

Dirinya menambahkan kurang lebih 50 persen pabrik di Indonesia merekrut perempuan sehingga kesempatan laki-laki bekerja lebih sedikit. Hal itu juga berdampak kepada angka perceraian berdasarkan Dirjen Binmas tinggi mencapai 70 persen karena alasan ekonomi.

"Al-Quran telah memberikan prinsip penting yaitu ada tiga pertama setara dihadapan Tuhan, setara dalam menjalankan ibadah dan saat perempuan berkarier jangan sampai melupakan kodratnya di dalam keluarga. Saat berkarier jangan lupa peran sebagai ibu," katanya.

Selama perlombaan, Farhan mengaku kesulitan saat menggunakan mesin tik. Sebab, rata-rata peserta yang masih berada pada usia dibawah 24 tidak pernah mengalami menggunakan mesin tik.

Meski begitu, hal itu tidak menyurutkan semangat dirinya. Sebab, Banyak dukungan yang diberikan kepada dirinya termasuk akademi kepolisian dan Polda NTB. "Keberadaan saya disini juga sebagai bagian dari upaya polisi berada ditengah-tengah masyarakat,"katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement