REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan bakal mengkonversi sejumlah angkutan kota (angkot), salah satunya menjadi bus. Pelaksanaan konversi tersebut akan dilakukan setelah rerouting (pengaturan ulang jalur) angkot disepakati.
"Rerouting itu bicara keseluruhan jadi begitu disepakati harus ada landasan hukumnya dan setelah itu baru mulai dikonversi angkotnya," kata Bima di Balai Kota Bogor, Selasa (2/8).
Bima menyatakan, skema mengkonversi angkot sudah direncanakan. Namun sebelum diaplikasikan masih butuh kajian terlebih dahulu.
Konversi angkot terbagi menjadi dua yaitu 3-1 dan 3-2 saat rerouting diberlakukan. "3-1 itu tiga angkot menjadi satu bus. Lalu 3-2 itu tiga angkot kecil menjadi dua angkot besar," jelas Bima.
Bima menuturkan, nantinya para sopir angkot akan diberikan pilihan, memilih 3-1 atau 3-2. Kalau saja, lanjut Bima, ada angkot tidak mau dikonversi menjadi 3-1 maka akan ke 3-2 namun jika kedua pilihan tersebut tidak disetujui maka akan menjadi trayek feeder dengan trayek yang tidak jauh.
"Tapi skema 3-2 juga masih kita kaji kembali karena di satu sisi ada kekhawatiran memperlambat konversi angkot menjadi bus," ungkap Bima. Meskipun begitu, Bima menganggap skema 3-1 dinilai lebih baik agar mengurangi banyaknya angkot di Kota Bogor.
Sebelumnya, Oganisasi Pengusaha Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Kota Bogor pernah menawarkan dua opsi konversi angkot menjadi 3-1 dan 3-2. Dalam penataannya, Ketua Organda Kota Bogor Moch Ischak menginginkan pengelolaan jatuh kepada pengusaha lokal.
“Mereka yang dari Bogor inilah yang nantinya diharapkan bisa menjadi pemilik atau pengelola transportasi massalnya,” ujar Ischak.
Diketahui, Berdasarkan data 2105 terdapat sekitar 23 trayek angkot di Kota Bogor. Sebanyak 10 trayek Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) memiliki jumlah armada sebanyak 4426 unit dan 30 Angkutan Massal Trans Pakuan.