REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Sekjen International Conference for Islamic Scholars (ICIS) KH A Hasyim Muzadi menegaskan tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum.
Menurut Hasyim, klasifikasi yang terjadi selama ini sebenarnya adalah untuk tujuan spesialisasi, bukan pembedaan antara keduanya.
Bagaimanapun semua disiplin ilmu pada hakikatnya berasal dari Tuhan karena itu harus diintegrasikan berdasarkan prinsip-prinsip sains yang termaktub dalam Alquran.
“Keduanya harus membuahkan ketakwaan,” tuturnya dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu (3/8).
Mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini, menjelaskan Alquran sebagai pedoman dunia akhirat berisikan ilmu.
Sampai hari ini, ungkap Hasyim, kandungan yang tergali dari Alquran antara lain, tauhid, ibadah, fikih, sosial kemasyarakat yang mencakup sosiologi, kenegaraan, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
Di dalam Alqura, jelas Hasyim, terdapat pula dasar-dasar fenomenologi. Setiap kejadian atau perilaku memiliki dampak positif atau negatifnya. Ini mencakup perilaku individu, kelompok sosial, maupun negara. Fenomena jatuh bangun peradaban suatu negara telah diungkap Alquran.
Namun, sayangnya lanjut Hasyim, geliat penggalian dan penelitian ilmu-ilmu sainstifik Alquran di kalangan umat Islam masih sedikit. Padahal perintah eksplorasi ayat-ayat kosmologi (kauniyat) sangat jelas.
Umat Islam masih kalah dengan negara-negara Barat. Meski peradaban Islam sempat berada di puncak kejayaannya dengan inovasi-inovasi unggul di bidang sains.
Dia menyebut nama-nama ulama hebat Abad Pertengahan, antara lain Ibnu Sina, al-Faraby, Ibnu Rusydi, al-Khawarizmy, dan lainnya.
Hasyim prihatin dengan padamnya semangat kajian yang diwariskan cendekiawan Muslim terdahulu itu. Dunia Islam kini disibukkan dengan pertikaian antarsekte dan perebutan kekuasaan, serta kecintaan terhadap dunia yang berlebihan.
Akibat krisis tersebut, kata Hasyim, umat kian terbelakang, bodoh, dan miskin dan rentan dipecah belah.
Lebih menyedihkan lagi muncul anggapan kajian kosmologi dianggah bukan bagian Islam. “Ini potensi lemah dan gampang dikalahkan pihak lain,” kata Pengasuh Pesantren al-Hikam, Depok, Jawa Barat ini.
Hasyim yang berbicara dalam Seminar Internasional Pesantren di UIN Malang 29 Juli lalu itu mengapresiasi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang sukses mengingtegrasikan ilmu agama dan umum. Ini terbukti dengan banyaknya mahasiswa di fakultas umum yang menghafal Alquran 30 Juz.
Menurut Hasyim, UIN Malang yang memiliki mahasiswa asing dari 32 negara itu berpotensi menjadi kampus kebanggaan dunia Islam bila cermat merumuskan prinsip keilmuan, kurikulum, silabus, dan karakterisasi mahasiswa. “Ini adalah tanggung jawab segenap umat Islam,” katanya.