Kerja Apa dan Pertanyaan Teten Masduki yang Lagi Antre di Bandara
Oleh: Eri Sudewo, Pendiri Dompet Duafa
“Ingat saya?” sapa saya harap-harap cemas. Yang disapa terdiam penuh selidik. Di depannya ada orang tinggi besar yang sedang memaksa-maksa senyum. Sok akrab lagi. Lalu dia terkekeh.
Kini saya yang plong. Dia pejabat negara, Bro. Jika dia tak kenal, wajar. Jika dia lupa, “malu aku malu” jadinya. Meski teman, kan itu dulu sebelum menjabat. Pejabat ikut antri di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta, wah keren ini teman. Terbukti dia tak “gegar diri”.
“Jika elo jadi dia, gimana Bro?” Tiba-tiba ada gugatan dari dalam. Naga-naganya tuntut hak. Sekarang bukan apa-apa saja, tiket diurus orang lain. Alias ga mau antri. Pilih tempat duduk selalu di emergency sit. Di isle (gang) lagi. Alasan lega dan tak ganggu jika hendak ke toilet.
“Elo emang parah, Bro. Pakaian ukuran double XL. Sepatu maunya yang 46. Bahan celana 1 ¼ meter. Makan, gak ada kamusnya gak nambah. Apa aja, elo minta layanan khusus”, sindir nafsu saya.
“Untuk diri sendiri elo dah tekor. Jadi pejabat, negara pasti jadi korban. Tiket, yakin elo minta kelas bisnis. Anak isteri dibawa kemana-mana. Pokoke fasilitas serba esktra. Repotin banyak orang, elo aaah!”