REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Lahirnya film historikal dokumenter 'Pantja Sila: Cita-Cita dan Realitas' berawal dari kegelisahan aktor Tio Pakusadewo. Menurutnya, kini nilai-nilai Pancasila semakin hilang, sehingga generasi muda tak lagi mengenal Indonesia.
"Berawal dari kegelisahan pada pernyataan pancasila sakti hingga ada hari kelahiran Pancasila. Berkelanjutan dengan program P4 yang pada masa orde baru. Namun, pelajaran moral Pancasila semakin dihilangkan di sekolah. Sejarah dihilangkan," ujar Tio, saat ditemui di press screening film 'Pantja Sila: Cita-Cita dan Realita' di Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta, Rabu (3/8).
Hati nurani Tio tergerak untuk membuat film ini setelah membaca buku Pedoman Menjalankan Ampera. Di dalam buku tersebut terdapat pidato-pidato Bung Karno di era 30-an hingga 60-an.
"Di situ ada pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 di Sidang BPU-PK. Bagaimana isi pidato bisa sampai ke masyarakat? Lalu lahirlah film ini sebagai jawaban dari kegelisahan," ungkap Tio.
Tio yang juga merangkap sebagai sutradara bersama Tino Saroengallo ini berperan sebagai Presiden Indonesia pertama, Ir Soekarno. Film ini menampilkan pidato Bung Karno di hadapan Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPU-PK) pada 1 Juni 1945 silam.
Saat itu Ir Soekarno untuk pertama kali mencetuskan konsep Pancasila yang kini menjadi dasar negara Republik Indonesia. Pancasila merupakan cita-cita Indonesia, namun tidak terwujud melihat semua realita yang ada setelah berpuluh tahun Indonesia merdeka.
"Meski hanya monolog, isi pidato lah yang menjadi peran utama dalam film," jelasnya.
Selain Tio, film ini dibintangi oleh Jantra Suryaman sebagai Ki Bagoes Hadikoesoemo, Wicaksono Wisnu Legowo sebagai R Abikoesno Tjokrosoejoso, Teuku Rifnu Wikana sebagai M Yamin, dan Verdi Soleiman sebagai Liem Koen Hian. 'Pantja Sila: Cita-Cita dan Realitas' direncanakan akan tayang di bioskop 17 Agustus mendatang.
(baca: Tara Basro Digembleng Habis untuk Musikal Ini Kisah Tiga Dara)