REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada fase pertama, tampilan masjid yang pembangunannya selesai November 1938 ini menyerupai bentuk bangunan gereja Ortodoks. Masjid ini memiliki bentuk memanjang dengan pintu utama.
Di salah satu sisi kanannya dilengkapi dengan anak tangga yang membelah ruangan utama. Karena bangunan masjid ini diperuntukan sebagai tempat ibadah, bangunan ini dilengkapi dengan ruangan terbuka besar yang mampu menampung sekitar 1.500 jemaat.
Meski ketika pada pembangunan pertama Masjid Al-Rashid bentuk fisiknya seperti gereja, perancang masjid tidak mengabaikan kelengkapan yang harus dimiliki masjid. (Baca: Cerita Masjid Tertua Kanada)
Masjid Al-Rashid dulu memiliki ruang mihrab yang diapit dua kamar yang ada di samping kiri dan kanan serta ruangan khusus tempat berwudhu. Selain itu, masjid ini juga didukung dengan ruangan bawah tanah yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial.
Masjid ini juga dilengkapi dengan dua menara berdenah segi delapan dengan kubah bawah berwarna perak dipasangkan di atasnya. Pada menara tersebut dipasang pula sombol bulan sabit di bagian puncaknya untuk menegaskan bawah bangunan ini masjid, bukan gereja.
Meski dibangun dengan gaya yang sangat mirip dengan sebuah gereja, komunitas Muslim setempat sangat bangga dengan masjid pertama mereka. Umat Islam setempat ketika itu rela melanjutkan sumbangannya untuk dapat membeli beberapa material, seperti karpet dan lampu gantung untuk memperindah interior bangunan masjid. Mereka masing-masing telah menyumbangkan material demi terbentuknya sebuah masjid.
Seperti dikutip dari buku Masjid-Masjid Berpengaruh di Dunia, dana yang didapat dari masyarakat setempat untuk membangun masjid ini adalah 5.000 dolar AS yang terkumpul pada 1938. Pada 12 Desember 1938 Al-Rashid secara resmi dibuka oleh Wali Kota Edmunton John Wesly Fry dan Wali Kota Hanna Alberta IF Shaker.