REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat di pedesaan bersama berbagai pihak dapat mengumpulkan dana guna membangun infrastruktur teknologi digital yang dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah.
Hal tersebut disampaikan oleh Eddy Lee, pendiri Coffee Ventures, sebuah perusahaan yang membangun kemitraan dengan sektor bisnis rintisan atau "startup" di Jakarta, Kamis (4/8).
Eddy Lee mengatakan, kurangnya infrastruktur pendukung teknologi digital di daerah pedesaan dapat diatasi dengan mengumpulkan uang dari masyarakat yang diperuntukkan untuk membangun menara-menara telekomunikasi 3G atau 4G.
"Dana ini dapat dikumpulkan dari beberapa desa. Selanjutnya, jika koneksi internet di pedesaan belum kuat, maka masyarakat dapat memanfaatkan gawai dan mengunduh aplikasi komunikasi yang tersedia secara cuma-cuma agar terhubung dengan seluruh orang di dunia," jelas Eddy.
Menurut dia, dengan memanfaatkan teknologi digital yang tidak hanya bergantung pada koneksi internet, maka masyarakat di pedesaan yang memiliki usaha mikro, kecil, dan menengah dapat memasarkan dan menjual produk mereka ke seluruh dunia.
Apalagi, lanjut dia, Indonesia memiliki populasi penduduk usia muda (23 - 30 tahun) yang besar. Kelompok masyarakat tersebut semakin terbiasa menggunakan gawai, termasuk telepon seluler cerdas dan tablet, untuk berkomunikasi dengan menggunakan berbagai aplikasi obrolan dalam jaringan.
Dia memuji kebijakan pemerintah Indonesia yang semakin terbuka terhadap investasi asing yang, menurut Eddy, tidak saja menghasilkan keuntungan dalam bentuk uang, tapi juga menumbuhkan sektor bisnis elektronik atau "e-commerce".
Kementerian Koordinasi Perekonomian dan Kementerian Komunikasi dan Informatika saat ini menyelenggarakan program "1000 startup digital" guna mempercepat perkembangan bisnis digital di Indonesia.
Program ini diharapkan dapat melahirkan 1000 perusahaan rintisan dengan nilai investasi 10 miliar dolar AS pada 2020.