REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Menteri Pertahanan baru Jepang yang dikhususkan pada provokasi Korea Utara dan 'kekuatan' Cina dalam sengketa teritorial lantang mengkritik dua negara tersebut. Penunjukkan menteri baru ini hanya beberapa jam setelah Korut menembakkan rudal ke perairan Jepang, Rabu (3/8).
Tomomi Inada, orang kepercayaan dekat dengan pandangan nasionalis ditunjuk Perdana Menteri Shinzo Abe mengisi jabatan baru itu. "Korea Utara mengulangi tindakan militer provokatif seperti pengujian nuklir dan serangkaian peluncuran rudal balistik," kata Inada.
Pengangkatannya datang setelah Jepang mengkritik tajam Cina dalam sebuah kertas putih pertahanan tahunan awal pekan ini. Peringatan sikap agresif dalam sengketa teritorial risiko memicu konflik yang tidak diinginkan.
"Cina telah dengan cepat menjadi aktif di perairan dan ruang udara di sekitarnya (Jepang) dan terus berusaha mengubah status quo melalui kekuatan," lanjut dia.
Komentar ini merupakan kritik jelas penguatan raksasa Asia itu di Laut Cina Selatan yang disengketakan dengan Cina dan beberapa negara Asia Tenggara. Jepang terlibat dalam sengketa teritorial dengan Cina atas pulau tak berpenghuni di Laut Cina Timur.
Inada, seorang anggota parlemen telah sering melakukan kunjungan ke Yasukuni Tokyo, tempat ini dilihat Cina dan Korea Selatan sebagai simbol kolonialisme awal Jepang abad 20 dan militeriisme.
Perempuan 57 tahun itu berpandangan termasuk ingin melakukan perubahan konstitusi Amerika Serikat terhadap Jepang, yakni hak untuk berperang. Pada 2011 ia menulis bahwa Jepang, satu-satunya negara di dunia yang menderita serangan bom atom harus mempertimbangkah memperoleh senjata nuklir.
"Jepang tidak harus mempertimbangkan mempersanjatai diri dengan senjata nuklir saat ini," katanya kepada wartawan setelah pengangkatannya.
Menurut jajak pendapat Kyodo News Agency pekan ini, 43 persen responden menentang penunjukan Inada sebagai menteri pertahanan, sementara 32,1 persen mendukungnya.