REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat sedang mengevaluasi dokumen baru yang dikirim Turki untuk mendorong ekstradisi ulama berbasis di AS Fethullah Gulen. Gulen diduga menjadi dalang dalam kudeta 15 Juli di Turki.
"Pihak berwenang Turki membuat beberapa pengiriman dokumen kepada kami dan kami dala proses mengecek dokumen-dokumen," kata juru bicara Mark Toner pada konferensi pers harian.
Departemen Kehakiman AS adalah badan utama yang meneliti dokumen-dokumen untuk melihat apakah permintaan ektradisi resmi untuk Gulen. Para pejabat Turki termasuk Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu telah memperingatkan bahwa hubungan dengan AS akan terpengaruh jika tidak mengekstradisi Gulen.
Anggota NATO tersebut memainkan peran penting dalam perang yang dipimpin AS melawan ISIS. Namun, AS mengatakan Turki harus memberikan bukti jelas tentang keterlibatan Gulen dalam kudeta militer sebelum proses ekstradisi dapat bergerak maju.
Gulen yang tinggal di pengasingan Penssylvania sejak 1999 membantah merencanakan perlawanan kepada Turki. Ia bahka mengutuk upaya kudeta.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh Gulen mendalangi kudeta gagal dan memanfaatkan jaringan luas sekolah, badan amal dan bisnis di Turki dan di luar negeri untuk menyusup ke lembaga negara.
Erdogan berjanji pada Kamis (4/8) untuk mematahkan usaha, sementara pengadilan Istanbul mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Gulen atas upaya kudeta yang menewaskan 230 orang.
Di New York, Departemen Kehakiman AS mengatakan Kamil Aydin, anggota parlemen Turki dari Erzurum sejauh ini telah menerima 85 kotak dokumen dari Turki yang berkaitan dengan Gulen. "Mereka sedang dalam proses evaluasi dokumen-dokumen ini," katanya tanpa memberikan rincian lebih lanjut.