Jumat 05 Aug 2016 13:26 WIB

Kepiting dan Kerapu Jadi Komoditas di Daerah Ini

Red: M Akbar
Kepiting dungeness
Foto: colettes
Kepiting dungeness

REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Kepiting dan ikan kerapu ditetapkan sebagai komoditas unggulan sektor perikanan yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.

Bupati Indra Yasin, Jumat (5/8), di Gorontalo mengatakan, dua komoditas tersebut berada di peringkat teratas pada hasil survei pihak Bank Indonesia (BI), terkait komoditas yang menjadi unggulan dan prospektif dikembangkan di daerah ini.

Sektor produktif memang menjadi target pengembangan usaha di daerah ini kata bupati, makanya kerja sama dengan pihak BI diharapkan akan bermuara pada peningkatan modal bagi pelaku usaha perikanan.

"Kita memiliki 5.000 nelayan tersebar di 11 kecamatan, 12 persennya adalah nelayan pembudidaya," kata Bupati.

Di antaranya ada di Kecamatan Kwandang dan Ponelo Kepulauan yang sementara mengembangkan usaha kerambah laut.

Pemerintah Daerah akan berupaya mendorong usaha budidaya kepiting dan ikan kerapuh karena memiliki peluang pasar sangat luas dan cocok dikembangkan di daerah ini, sesuai hasil penelitian pihak Universitas Negeri Gorontalo (UNG) bekerja sama dengan BI.

Dalam kurun waktu tahun 2016 ini, permintaan negara-negara Arab terhadap ikan kerapuh dan goropa dari kabupaten ini sangat tinggi. Pemerintah daerah berharap, kucuran modal usaha dari pihak perbankan bagi para pembudidaya akan semakin tinggi.

Disamping bantuan bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten yang konsisten menyalurkan bibit untuk kelompok pembudidaya, seperti yang sudah dilakukan di Kecamatan Anggrek dan Ponelo Kepulauan.

Harga kepiting di pasar tradisional daerah ini, berada di kisaran Rp60.000-Rp75.000 per kilogram. Kepiting tambak masih mendominasi permintaan konsumen, selain kepiting bakau yang mulai dikembangkan oleh para pembudidaya seperti yang ada di Desa Bulalo, Kecamatan Kwandang.

Sementara harga ikan kerapuh, di kisaran harga Rp60.000 per kilo gram. Kerapuh merah masih mendominasi permintaan konsumen, sedangkan nelayan pembudidaya didorong mengembangkan kerapuh tikus yang banyak diminati pasar nasional. Kebanyakan, ikan segar dari wilayah Kwandang kata bupati, dikirim antar pulau diantaranya ke Sulawesi Selatan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement