Ahad 07 Aug 2016 19:41 WIB

Dampingi 25 Dubes, Megawati Kenalkan Kekayaan Alam dan Budaya Bali

Megawati bersama 25 Dubes Negara Sahabat di Istana Tampaksiring, Bali.
Foto: Istimewa
Megawati bersama 25 Dubes Negara Sahabat di Istana Tampaksiring, Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, GIANYAR -- Setelah mengajak puluhan Duta Besar (Dubes) negara sahabat untuk menanam pohon langka di Kebun Raya Bedugul, Bali, kemarin, hari ini Ketua Umum Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI) Megawati Soekarnoputri mendampingi para ubes keliling Istana Tampaksiring, Gianyar, untuk memperkenalkan kekayaan alam dan budaya Indonesia, khususnya Bali.

 

Acara tersebut merupakan rangkaian program 'Tour of Eka Karya Botanical, yang diselenggarakan YKRI selama tiga hari (5-7 Agustus) di Bali. Megawati ingin kekayaan alam seperti pepohonan, tumbuhan, dan bunga-bungaan asli Indonesia bisa dilestarikan untuk menghindari kepunahan.

 

Para Dubes yang ikut ambil bagian dalam acara tersebut antara lain dari Rusia, Turki, Vietnam, Filipina, Serbia, Peru, Zimbawe, singapura, dan Srilannka.

 

"Saya tadi melihat, karena  waktu saya jadi Presiden dan Wapres, saya banyak menanam di sini untuk menambah koleksi tanaman-tanaman yang memang waktu ayah saya membangun ini masih belum mencukupi. Makanya tadi saya perhatikan ternyata dapat tumbuh dengan bajk. Semua dalam rangka melestarikan pohon pohonan yang menurut saya belum langka tapi sudah masuk ke akan menjadi langka. Jadi saya coba lihat lagi," kata Megawati dalam keterangan tertulisnya, Ahad (7/8).

 

Megawati kemudian menceritakan apa yang diamati dalam perjalanannya dari Denpasar menuju Istana Tapaksiring yang perbedaannya sudah cukup jauh jika melihat lingkungan dan ppepohonan serta ciri khas daerahnya. Umpamanya perubahan yang sangat kelihatan adalah sekarang ini sudah sangat sulit mendapatkan bukit yang ada alang-alangnya.

 

"Saya tanya, ternyata dilakukan penghijauan, tapi tidak melihat sebaiknya apa yang harus ditanam untuk penghijauan itu. Sebagai contoh kayu sengon sekarang sangat laku untuk jadi bahan-bahan kerajinan atau mebel. Itu ditanam di bukit yang ada alang-alangnya. Ternyata daya serap sengon sangat rakus, mematikan alang-alang itu. Padahal bentuk rumah tradisional Bali kalau kita lihat dari foto-foto lama, temboknya diberi tanah yang di atasnya diberi alang-alang dan atap Bali kan alang-alang. Itu yang saya lihat sayang sekali tidak dilestarikan," ungkap Presiden Indonesia ke-5 ini.

 

Melihat kondisi itu, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini mengaku sudah meminta beberapa kepala daerah di Bali yang merupakan kader PDIP untuk memperhatikannya. Apalagi, kebetulan dari 9 kabupaten/kota di Bali, 7 diantaranya dipimpin kader PDIP.

 

"Sekarang saya upayakan untuk bekerja dengan cara pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana, yang mereka sendiri merasakan itu ada manfaatnya. Antara lain dalam lingkungan pelestarian Bali, saya minta, mungkin ada desa yang bisa dijadikan contoh kultural. Inilah desa Bali dari dulu yang meskipun sekarang kita lihat denah dan sebagainya masih sama," bebernya.

 

Lalu bagaimana Megawati melihat budaya di Bali untuk membentengi dari budaya luar.

"Itu justru yang mesti kita jaga. Maka kearifan lokal yang ada harus selalu dilestarikan. Seperti Subak, itu kan bagian dari heritage dunia. Memang saya lalu mengatakan apa-apa yang merupakan hal-hal yang sifatnya tradisional dan masuk dalam kearifan lokal Bali sendiri itu yang harus diperkuat. Dan anak-anak muda, melihat dari anak-anak SD juga tetap menggemari kesenian Bali. Itu menurut saya penguatan budaya yang begitu sangat majemuk. Itu bisa dilestarikan," ungkapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement