REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Kepala Lapas Nusakambangan Libety Sitinjak mengakui dirinya mendapat tekanan dari mendiang Freddy Budiman, saat gembong Narkoba itu berada di Penjara. Hal tersebut disampaikan Sitinjak saat memenuhi panggilan Badan Narkotika Nasional (BNN), Senin (8/8) hari ini.
"Kalau soal tekanan, Nusakambangan aja tekanan buat saya apalagi orang-orang yang di dalam ya. Anda kan tahu di sana bahwa Lapas itu dihuni oleh berbagai warga negara toh," katanya di Kantor BNN, Jalan MT Haryono No 11, Cawang, Jakarta Timur.
Bahkan, kata dia, saat bertugas di Nusakambangan dirinya juga mendapatkan tekanan dari Freddy. "Oh iya, pasti (termasuk tekanan dari Freddy," ucapnya.
Selain itu, Sitinjak juga tidak menampik jika Freddy Budiman pernah menawarkan uang hingga miliaran rupiah kepada pihaknya. Namun ia menegaskan menolak semua tawaran dari Freddy.
"Kan hak dia nawarin, dan hak saya menolak," ujarnya.
Menurut Sitinjak, kedatangannya ke BNN kali ini sebenarnya bukanlah untuk pemeriksaan terhadap dirinya melainkan hanya sebagai tindak lanjut atas surat terbuka dari Ketua KontraS Haris Azhar.
"Saya memenuhi panggilan pak pimpinan BNN, bahwa selama di dalam ruangan kita bisa menyelesaikan hal-hal yang patut saya sampaikan selaku mantan kepala lembaga pemasyarakatan kelas I Nusakambangan," jelasnya.
Ia menolak memberikan keterangan lebih lanjut terkait laporan Haris yang menyatakan bahwa petugas di Nusakambangan pernah disuruh mematikan CCTV oleh Freddy saat mengedarkan narkoba dari balik jeruji besi.
"Saya belum bisa menyampaikan itu, saya harus lapor dulu ke pimpinan. Ini mohon pengertian, karena menurut saya tidak baik kalau hasil dari sini saya langsung seperti ini, tanpa lapor ke pimpinan dulu. Saya belum bisa memberikan apapun, karena saya wajib lapor ke pimpinan saya pak Menteri," jelasnya.