Senin 08 Aug 2016 15:51 WIB

Aparat Negara Terlibat Bisnis Narkoba karena Menjanjikan

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ilham
Terpidana mati kasus narkoba Freddy Budiman.
Foto: Antara
Terpidana mati kasus narkoba Freddy Budiman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pendiri Imparsial Todung Mulya Lubis berpendapat, testimoni Freddy Budiman yang dituliskan Haris Azhar mestinya menjadi pintu masuk untuk mengungkap banyaknya aparat negara yang menjadi mafia narkotika. Freddy Budiman yang dengan leluasa bisa mengendalikan dari dalam lapas, menjadi indikasi adanya oknum pegawai lapas yang juga terlibat.

"Freddy menggambarkan dia memberikan pendapatan, setoran kepada pihak aparat," kata Todung di Jakarta, Senin (8/8).

Todung melanjutkan, gambaran tersebut menegaskan, bisnis narkoba menjadi lahan yang menjanjikan bagi siapapun, termasuk pejabat lembaga hukum. Jika kenyataan itu yang terjadi, maka usaha pemerintah untuk memberantas peredaran narkoba di Indonesia tidak akan bisa direalisasikan.

"Kalau kita melihat perspektif itu, sampai kapanpun bisnis narkoba tidak akan berhenti. Sebab, bisnis ini akan menjadi lahan bisnis bagi siapapun," kata Todung.

Sebelumnya, Haris Azhar menulis pengakuan Freddy Budiman dalam artikel berjudul Cerita Busuk dari Seorang Bandit di Facebook. Dalam tulisannya tersebut, Haris menceritakan pengakuan Freddy Budiman yang mengelontorkan uang miliaran rupiah ke pejabat BNN, Mabes Polri, dan TNI untuk mengamankan bisnis narkobanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement